Suatu hari di zaman dulu hidup seorang budak hitam nan buruk
rupa. Banyak orang mencemooh budak itu. Budak itu selalu menjadi bulan bulan
cacian orang, menjadi bahan gunjingan, juga perlakuan kasar. Budak itu pun
disisihkan dari pergaulan. Banyak dari mereka berkata,” Kok ada orang buruk
rupa kayak gitu. Lihat saja, hewan peliharannya aja lebih tampan dari dirinya.
Udah jelek, budak lagi. Jijik aku gaul ama dia.”
Suatu hari negeri itu ditimpa bencana dahsyat. Negeri itu
ditimpa bencana kemarau panjang, sangat
panjang dan di luar perkiraan mereka. Bahan pangan habis karena tanah gersang
dan kering meretak. Lebih parah dari itu, air pun mongering bersama sumbernya.
Tidak terlihat setetes pun air di situ. Sementara hujan tidak kunjung datang. Mereka
pun sekarat. Rasa dahaga tiada lagi ditahan, sehingga air kencing pun diminum. Mereka
menangis, mengadu, meminta ampun atas dosa yang dilakukan.
Mereka berteriak keras,” Tuhan, turunkan hujan. Ampuni hamba
hamba Mu ini. Sungguh kami berada dalam kondisi sekarat. Kami tidak bisa hidup
tanpa air. Maafkan kami, ampuni kami, tolonglah kami.”
Tapi hujan tidak kunjung datang. Mereka pun semakin sekarat.
Teriakan mereka semakin kencang. Teriakan mereka seolah memecah keheningan.
Mati cepat lebih diinginkan dari hidup sekarat seperti itu. Tapi mereka masih
hidup, dan hidup dalam kondisi tersiksa. Rasa lapar dan dahaga yang dahsyat tiada
tertahan lagi.
Seketika itu mereka melihat seorang budak hitam berjalan
menuju ke atas bukit. Dia seorang budak hitam yang sering mereka caci maki
akibat buruk rupanya. Dia sedang berdiri di pucuk bukit. Kemudian budak itu
menadahkan tangan ke atas sambal berteriak diiringi tangisan,
“ Tuhan, ampuni dosa dosa kami. Kami sangat menyesali dosa
dosa kami. Tolonglah kami. Rasa perih ini sudah tiada tertahan lagi. Maka
turunkanlah hujan sebagai berkah untuk kami.”
Seketika itu awan awan menghitam, lalu turunlah hujan ke
negeri itu. Seketika itu juga penduduk berhamburan keluar untuk melepas dahaga
mereka. Sekarat berkepanjangan sirna oleh doa budak hitam nan buruk rupa yang
sering mereka hina.
Sahabat, pernahkah Anda baca atau dengar bahwa siapa saja
yang bershalawat pada Rasulullah, maka Allah akan sepuluh kali bershalawat pada
hamba itu. Bayangkan, Allah saja menaruh hormat tinggi pada hamba yang
bershalawat pada Rasulullah, apalagi penghormatan dari alam semesta. Secara
logika, alam semesta akan menghormatinya. Bahwa hamba itu seorang yang
mencintai Tuhan dan Rasul Nya dengan lantunan tasbih, tahmid, dan tahlil.
Begitu pula yang dilakukan alam, semesta ini pun bertasbih memuji keagungan
Allah, baik siang hari maupun malam hari. Nah, seorang hamba yang berbahagia
dalam lantunan dzikir itu akan menyatu bersama semesta alam untuk memuji Allah.
Makaa jelas alam akan menghormatinya dan tidak pernah menyakiti. Lautan,
sungai, tumbuhan, batu, awan, bulan, bintang, matahari, planet planet, menjadi
sahabat erat hamba itu. Bahkan bisa jadi semesta itu mencatat kecintaan pada hamba
nyata dengan bukti.
Selain kisah di atas, sebenarnya ada banyak kejadian di luar
nalar yang nyata. Pernahkah Anda dengar seorang ahli ibadah yang sudah
meninggal bertahun tahun, tetapi jasadnya masih utuh ? Bahkan wangi dan segar
seperti baru saja dimakamkan ? Kecintaan alam yang mendalam pada hamba itu
membuat mereka tidak berani memakan jasadnya. Karena semasa hidup, hamba itu
sangat bersahabat, ikut bertasbih bersama seisi alam memuji keagungan Allah.
Semoga jasad kita nanti termasuk yang dicintai oleh seisi alam, sehingga jasad
kita utuh walaupun bertahun tahun sudah meninggal. Itu bukan hal mustahil,
sangat bukan mustahil. Bukan nabi saja, orang biasa pun ada yang tidak berani
tanah memakan jasadnya. Ini artinya, peluang kita untuk seperti itu tidak
mustahil.
Alam akan menghormatinya. Tanah akan menyubur. Siklus air
akan berjalan lancar. Pergerakana bumi akan stabil. Jika ahli dzikir itu
banyak, lihatlah sekeliling Anda, maka hanya keindahan yang menawan hati akan
dilihat. Mustahil jika tempat banyak orang berpenghuni ahli dzikir itu tertimpa
bencana. Jikalau benar, artinya kemaksiatan lebih merajalela. Atau bisa jadi
mereka berpindah sedangkan kemaksiatan merajalela. Maka untuk daerah seperti
itu bersiaplah terkena bencana.
Jepang termasuk Negara paling sering terkena bencana gempa
bumi dan tsunami. Tahukah Anda Jepang menjadi Negara dengan penghasil 20% industry
porno seluruh dunia. Bisa dibayangkan, Negara yang setidak besar pulau Jawa apalagi
penduduknya tidak banyak berkontribusi atas 20% industry porno. Itu artinya
sebagian besar warganya memang masuk industry itu. Mengerikan ! Makanya Negara juga
sering kena bencana. Begitu pula Amerika, sering kena badai Tornado, begitu
pula Rusia.
Jika kota tempat Anda tinggal sering terkena bencana alam,
tanyakan pertama apakah banyak kemaksiatan merajalela di situ. Dan yang kedua,
sedikit banyak atau tidak ahli dzikir di situ yang bisa bersahabat dengan alam.
Orang orang seperti itu bisa diketahui dari kepribadiannya yang suka rajin
menjalankan ibadah juga banyak ilmu agama.
Aplikasi Menjadi Ahli Dzikir ?
Sebenarnya caranya sangat mudah, hanya prakteknya sulit.
Alasannya klasik yaitu malas. Biasanya orang malas karena stagnan. Mereka
berdzikir di masjid terus menerus. Padahal tidak ada dalil bahwa dilarang
dzikir selain di masjid. Artinya semua tempat boleh selain yang tercela. Inilah
kesempatan indah untuk menyatu dengan alam semesta. Saya tidak melarang Anda
untuk berdzikir di masjid. Dzikir di masjid sangat bagus dan mulia. Tapi
luangkan waktu untuk alam semesta. Rasakan belaian angina, nikmati kehijauhan
dedaunan, semerbak wangi merpati.
Ketika memancing di sungai, iringilah dengan dzikir. Ketika
pergi laut, jangan melihat suatu tidak benar di sana, tapi tataplah lautan luas
sambal bertasbih memuji keagungan Allah. Kemana pun kita pergi, lantunan dzikir
selalu menerangi hati.
Lalu apa saja yang dibaca ?
Tasbih, Tahlil, Tahmid. Tapi bagi penikmat lantunan dzikir
dengan alam tentu belum cukup. Karena orang orang seperti itu butuh waktu lebih
lama. Maka dianjurkan dzikir ma’tsurat. Ma’tsurat merupakan kumpulan doa yang
dianjurkan Rasulullah. Hayati maknanya, tataplah langit, rasakan belaian angina
yang menggelitik tubuh, tataplah awan awan yang berjalan sangat lembut,
lihatlah dedaunan menari nari diterjang angin. Maka Anda akan bahagia.
By Nalis 15 Agustus 2014
No comments:
Post a Comment