Nabi Yusuf memang menjadi menteri. Selain itu, beliau juga
hidup berkecukupan, memiliki rupa menawan hati, juga apa pun yang diinginkan
bisa dipenuhi asal masuk akal. Tapi tahukah Anda, hal itu diraih tidak semudah
membalikkan telapak tangan. Nabi Yusuf mengalami cobaan yang mengerikan, yang
tidak pernah kita bayangkan, tidak pernah kita alami, dan tidak pernah kita
rasakan. Masa kecilnya begitu memilukan.
Yusuf hidup dalam kedengkian saudara saudaranya. Bisa Anda
bayangkan mengerikannya hal itu. Masih mending yang mendengki kita orang lain,
tetangga, atau selain sanak saudara. Tapi ini satu atap, satu meja makan, satu
kesatuan dengan sang ayah. Setiap hari bercengkerama bersama, waktu demi waktu
dilalui bersama. Setiap hari dia didengki, dimusuhi, dikucilkan. Satu alasan,
kecemburuan social akibat sang ayah lebih perhatian pada Yusuf di banding anak
lainnya.
Pada saatnya rasa muak mereka sudah memuncak. Kedengkian
sudah menjalar deras tiada tertahan. Mereka pertama merencanakan pembunuhan. Tapi
ditakutkan sang bapak menuduh mereka. Maka mereka buang ke sumur paling dalam. Dan
mereka menyobek baju Yusuf untuk dilumurkan darah binatang sebagai tipuan pada
sang bapak.
Dalam sumur yang begitu dalam dan usia masih belia yaitu dua
belas tahun, entah apa yang dirasakan. Pasti merana sangat dalam. Dia
disisihkan tanpa alasan jelas. Apalagi sumur itu bekas dan banyak binatang
melata seperti kalajengking dan ular yang siap meremukkan tulang. Mungkin kita
sekarang yang diselimuti film horror pasti merinding membayangkan suasan di
situ. Bayangkan, area padang pasir, di dalam tanah sangat dalam, suhu ekstrim
di malam hari, masih kecil, dan sumur bekas yang biasanya orang bila ,” ada
penghuninya.” Denger suara “ hih .. hih .. hih ..” dikira oleh kita itu suara kuntilanak
tertawa, padahal angin meniup pasir. Putih putih dikira penampakan genderuwo padahal
memang bekas batu bata yang warnanya emang putih. Tapi Yusuf seorang pemberani.
Sekali pun begitu, hatinya merana ditengah perlakuan saudara saudaranya.
Ini belum cobaan lain, seperti dijadikan budak padahal Yusuf
seorang keturunan. Ibarat sekarang anak pemimpin jadi babu yang tidak digaji,
kira kira begitulah logikanya. Juga cobaan lain seperti dituduh memperkosa,
dipenjara akibat difitnah, dan cobaan lainnya.
Pada saat Yusuf dianugerahkan oleh Allah menjadi menteri,
musiam kemarau panjang melanda. Banyak orang sekarat kekurangan pangan,
termasuk daerah tempat lahir Yusuf. Maka saudara saudara Yusuf datang ke Mesir
untuk meminta bantuan pada Yusuf. Dan penuh kelapangan hati, yusuf memaafkan
saudara saudaranya. Lihat, betapa mulia hati nabi itu. Mudahkah memaafkan
kesalahan orang yang membenci, merencanakan membunuh, bahkan meninggalkan
seorang diri di tengah amukan alam yang mengganas ? Akibat dari perlakuan, dia
dijadikan budak, dituduh memperkosa, dipenjara, dan tidak bertemu dengan sang
bapak tercinta selama 14 tahun.
Kalau kita mungkin begini,” Eh, kalian ingat gak, apa yang
kalian yang lakukan padaku dulu. Gara gara kalian, aku dijadikan budak, disuruh
tanpa dibayar selayaknya binatang. Aku hamper dibunuh lantaran aku dituduh
memperkosa. Lalu kalian ke sini minta bantuan. Kalian lihat muka kalian. Eh,
emang sudi aku bantu, sana pergi ! Cari bantuan lain ! Masih mending kalian
tidak kupenjara. Aku bisa memenjarakan kalian seumur hidup akibat perlakuan,
karena aku seorang menteri.’
Itulah ungkapan yang akan kita lantunkan akibat sakit hati
mengingat perlakuan mereka. Apalagi bukan saudara kandung, seperti Yusuf dengan
saudara saudaranya itu. Tentu lebih tega lagi mendendam. Tapi tidak untuk
Yusuf. Dengan tulus, dia memaafkan dan membantu saudara saudaranya penuh
ketulusan.
Cerita Lain
Rasulullah mendakwahkan Islam pada penduduk thaif.
Diharapkan di sana lebih terima mengingat masih kerabat dekat dengan beliau. Tapi
apa yang didapat ? Bukan kelapangan jiwa, bukan senyuman manis, bukan perlakuan
santun seperti tamu dengan pemilik rumah. Tapi beliau dicaci, bahkan dilempari
batu. Sungguh melampaui batas perlakukan mereka pada baginda. Setidaknya kalau
menolak, bisa dibicakan baik baik. Saat itu, malaikat menawarkan untuk melaknat
bumi Thaif. Tapi Rasulullah dengan tegas menolak, dan memaafkan penuh
ketulusan.
***
Berkaca dari akhlak para nabi, bahwa perilaku santun pada
diri harus dikentara oleh masing masing. Jika dimusuhi, lihat dulu urgensi, apa
yang berpotensi untuk ke depannya, bermaslahatkah jika menyerang. Artinya,
bukan dimusuhi langsung berdiam diri, langsung bilang,” Ya aku maafkan, kan
nabis begitu.” Bukan begitu, tapi lihat dulu, semisal konflik itu bisa
memperpecah, jika Anda mendendam, malah lebih parah lagi, dan itu harus saling
meminta maaf. Bukan arti, orang dari Negara lain menjajah negeri ini dan
mengambil kekayaan bumi. Lantas bilang,’ Aku maafkan, karena nabi pun pemaaf.’ Bukan
seperti itu. Sekali lagi, apa urgensi mereka dulu ?
Memafkan adalah balas dendam terbaik. Jikalau itu suatu hal
sepele konflik hendaknya dimaafkan. Mungkin disebabkan kecapean bisa berujung
emosi, atau lagi dibebani masalah, atau lagi tidak enak badan. Orang emosi lalu
berkonflik bisa sebab macam macam. Jangan terlalu dibawa di hati yang dalam.
Seperti anak kecil, jika dia menangis dicubit, dia cepat melupakan dan segera
membaik dengan orang yang mencubitnya itu.
Jika Anda masih sulit memaafkan kesalahannya, ada baiknya
Anda simak berikut :
Jika kesalahan saudara Anda berujung akhirat, dan Anda sulit
memaafkannya, tegakah Anda :
1.
Dia menunggu lama sekali di
sana sebelum Anda menemuinya. Berjalan di bawah terik panas menjilat menjilat,
bahkan satu jengkal tangan dari kepala. Bayangkan, betapa panas saat itu.
Lantas, saudara Anda menderita akibat diri Anda tidak mengikhlaskan maaf
padanya.
2.
Anda rela saudara Anda dibakar, menjerit
disiksa, mendengar keras suaranya dan anda mengenal suaranya. Jeritannya
mengerikan dan Anda kenal suara, sangat mengenal. Lalu tubuhnya terpanggang,
dan Anda mengenal tubuhnya. Tegakah Anda biarkan karena satu alasan, Anda belum
mau memaafkan kesalahannya pada Anda.
3.
Apakah Anda tidak tergiur
janji Nya. Ketika Anda dendam dengan memaafkan. Hanya penyikapan saja, bedanya
bagai bumi dan langit. Anda meraih banyak tingkat ketika memaafkan. Karena
dengan begitu, ujian lulus dan berhak mendapat gelar sebagai ahlu jannah.
Sangat menggiurkan, sangat sangat ..
By Nalis 18 Agustus 2014
No comments:
Post a Comment