“ Orang beruntung adalah orang yang menderita di dunia tapi
selamat di akhirat. Orang paling beruntung adalah orang yang bahagia di dunia
dan selamat di akhirat. Orang merugi adalah orang yang bahagia di dunia tapi
sengsara di akhirat. Orang paling merugi adalah orang yang menderita dan di
dunia dan akhirat.”
Kenapa saya berani bilang beruntung ?
Karena akhirat itu ujung ujungnya kehidupan. Di situ kekal
abadi. Maka sekali pun orang sengsara di dunia tapi selamat di akhirat, maka
dia orang yang beruntung. Kesengsaran di dunia hanya dirasakan secuil saja,
seolah seorang musafir dalam perjalanan singgah
berteduh di bawah dedaunan pohon lalu minum air sejenak, lalu dia
melanjutkan safar. Dan singgah minum sejenak itulah kehidupan di dunia. Maka
selebihnya dia berbahagia di negeri yang abadi.
Kenapa saya berani bilang merugi ?
Karena neraka seburuk tempat. Meskipun orang bahagia di
dunia tapi sengsara diakhirat, maka dia merugi. Sebab kualitas akhirat jauh
lebih mulia dari dunia. Karena akhirat tempat paling akhir dari perjalanan
makhluk Tuhan.
4 Tipe Orang Seperti Di atas
1.
Orang yang menderita di
dunia tapi selamat di akhirat. Sejatinya tidak sedikit kita jumpai di
sekeliling kita. Bahkan mungkin kita sendiri pernah mengalami, atau sekarang
lagi mengalami. Menderita di dunia bukan hanya diukur dari materi saja. Seperti
orang berkekurangan harta, yang tidak mudah memenuhi kebutuhan hidup. Tapi
banyak sekali sebab penderitaan selain materi, seperti penderitaan jiwa atau
psikis, penderitaan ketidakadilan, dan lainnya. Seorang sholeh harus merasakan
pahit belahan jiwanya mengkhianati cinta, diceraikan dengan mudahnya, bahkan
pasangannya berselingkuh. Seorang lemah jiwanya karena kesedihan terus menerus
menerpa disebabkan oleh ketidakadilan atas apa yang dialami, ditipu oleh janji
manis. Intinya penderitaan bukan hanya disebabkan materi saja.
Tapi orang orang semacam ini tetap sabar
dan istiqomah dalam jalan kebenaran. Mereka tidak tertarik dan tidak mau
menerima satu box mie instan untuk digadai dengan keimanan mereka. Mereka tetap
bersabar dengan ketidakadilan dan berusaha mengubahnya. Mereka mengatur psikis
supaya tidak terlalu parah. Lalu mereka tetap istiqomah sampai ajal menjemput.
Banyak amal sholeh dibawa, dan keberuntungan menanti atas keistiqomahan.
2.
Orang yang bahagia dan
akhirat. Inilah golongan paling sempurna. Orang orang seperti ini bukan berarti
tidak ada masalah dalam hidup. Karena Sunnah kehidupan setiap orang punya
masalah. Tapi sebisa mungkin problem disikapi dengan bijak, dan tidak terlalu
berlebihan dalam melampiaskan emosi. Mereka berharta yang berkecukupan. Makan
dengan menu sehat, berobat dengan kualitas baik, menolong hamba lain yang
kekurangan. Mereka tetap istiqomah sehingga ajal menjemput. Mereka bahagia di
dunia dan akhirat.
3.
Orang yang bahagia di dunia
tapi sengsara di akhirat. Golongan ini banyak sekali kita lihat, dengar, bahkan
jumpai. Mereka orang bahagia di dunia dengan materi melimpah, bahkan
mencerahkan banyak orang. Mereka memberikan motivasi untuk banyak orang. Mereka
menolong banyak orang, menafkahkan harta dengan jumlah sangat besar. Bukan
hanya itu, asetnya tiada terbilang jumlahnya. Tapi mereka tidak punya keimanan
atas ketauhidan dan tidak mengakuinya. Dan lebih tragis, mereka pegang sampai
mati. Maka surga menolak, karena syarat pertama kunci surga adalah syahadat.
Mereka bahagia di dunia tapi sengsara di akhirat. Untuk itu, mereka termasuk
golongan merugi.
4.
Orang yang sengsara di
dunia dan akhirat. Inilah seburuk golongan. Bukan hanya di akhirat saja, di
dunia pun sengsara. Mereka tidak punya tiket kebahagiaan di akhirat sebagai
pengganti kesengsaraan mereka di dunia karena satu sebab. Karena mereka tidak
beriman. Sudah hidup susah di dunia, ditambah akhirat. Bukan hanya dari materi
saja kesengsaraan mereka, tapi banyak factor lain. Seperti tertekan jiwa terus
menerus sehingga mengakhiri hidup. Berapa banyak kita dengar kasus bunuh diri
artis terkenal akibat depresi. Jelas depresi membuat sengsara hidup. Sekaya apa
pun seseorang jikalau depresi maka dia sengsara. Lebih tragis, para artis itu
tidak beriman dan mengakhiri hidup tanpa keridhoan Tuhan. Ini sudah double
kekeliruan yang dijalankan.
Umar Bin Khattab dikenal sebagai sosok
tegas dan keras. Jangankan manusia, jin pun takut jika melihat Umar dan
langsung lari menjauh. Tapi suatu saat ketika dia menjabat sebagai khalifah,
kejadian yang membuat diri kita tercengang pun tercatat.
Suatu hari, Umar bersama para sahabat
sedang berkeliling untuk memantau lokasi. Tiba tiba Umar meneteskan air mata.
Seketika sahabat tersentak. Baru pertama kali mereka melihat Umar yang gagah dan
keras itu menangis.
“ Ada apa, Khalifah ? Mengapa Anda menangis
?” Tanya salah seorang sahabat.
Umar menjawab sambal menangis,” Lihatlah
itu.”
Para sahabat melihat seorang nenek tua
berpakaian compang camping sedang berjalan keluar dari tempat ibadah ( yahudi
atau nasrani sepertinya ) dan baru saja nenek itu beribadah. Nenek itu berjalan
membungkuk dengan mengandalkan tongkat. Wajahnya lusuh dan pakaiannya compang
camping. Air mata Umar semakin deras.
Para sahabat tidak ada yang merasa ada yang
aneh dengan fenomena itu. Seketika mereka bertanya,” Lalu ada apa dengan nenek
itu ? Ada yang aneh, Khalifah ?”
Umar menjawab,” Kalian lihat nenek itu
sangat kasihan di dunia, aku sampai tidak tega melihat apalagi membayangkan
jikalau dirinya nanti dibakar di neraka karena dia tidak beriman .. hiks ..
hiks ..”
Seketika semuanya menangis sedu. Umar yang
dikenal keras pun luluh memikirkan nasibnya di akhirat.
Saya tidak menyampaikan ringkasan apa itu
goal kehidupan. Karena saya sudah jelaskan panjang lebar. Jika Anda baca dari
awal, pasti tahu apa itu goal kehidupan kita. Saya jamin Anda pasti tau.
by Nalis, 15 Agustus 2014
No comments:
Post a Comment