Di sebuah hutan lebat, hidup sekelompok manusia. Mereka hidup dalam
kesederhanaan. Pakaian masih terbuat dari kulit kayu dan hanya menutupi separo
tubuh. Rumah mereka terbuat dari kayu. Setiap hari, mereka naik gunung. Mereka
mencari hewan buruan untuk di santap. Lalu mereka turun gunung. Mereka menanam
pohon ketela. Banyak beterbaran pohon ketela di sana. Mereka menjalani hidup
penuh kesederhanaan.
Saat itu, mereka sedang bepergian naik gunung. Tombak-tombak besi
berada di dalam genggaman. Wajah mereka penuh debu. Mereka berjalan melewati
semak-semak berduri. Sedangkan mereka tak memakai alas kaki. Kicauan burung
terdengar syahdu di telinga. Teriakan monyet-monyet memecah keheningan.
Mereka mendengar teriakan keras di belakang. Mereka menoleh.
Seorang laki-laki berbadan besar dan tinggi berjalan menghampiri mereka. Ia
memiliki hidung mancung dan berambut hitam ikal. Ia memakai pakaian mencolok di
mata mereka. Sebuah kemeja putih rapi menutupi badan. Sedangkan celana hitam
jeans menutupi kaki. Ia juga memakai sepatu hitam.
Ia berjalan penuh wibawa. Mereka menghampirinya. Mereka
terkagum-kagum melihatnya. Ia tertawa terbahak-bahak, lalu berkata dengan
sombong,
“ Ha..ha..ha, tidak ada yang bisa mengungguli kecerdasanku. Akulah
manusia cerdas sejagat. Lihatlah penampilanku. Aku berpenampilan modern. Inilah
penampilan orang cerdas. Aku juga satu-satunya orang sini yang berpendidikan.
Tidak seperti kalian, hidup hanya di gunakan berburu saja.”
Mereka hanya terdiam. Lalu Ia berkata kembali,
“ Ha...ha...ha.., aku juga manusia paling rupawan di sini. Aku
manusia tertinggi di sini. Sekaligus aku manusia tercerdas. Untuk membuktikan
semua itu, aku tantang kalian. Aku punya satu lomba. Dan hadiahnya tidak main-main,
seluruh hartaku akan kuserahkan pada pemenang.”
Semuanya terdiam.
Mereka hanya melotot memandang si manusia tinggi itu. Lalu manusia tinggi
berkata,
“ Inilah
pertanyaan cerdas tapi tidak mungkin bisa di lakukan. Siapa yang bisa menyentuh
hidungku akan mendapatkan seluruh hartaku. Tapi ingat hanya satu orang maju,
jangan berkelompok bagaimana.”
Seorang di antara
mereka maju kedepan. Lalu Ia meloncat-loncat sambil mengulurkan tangan keatas.
Ia hanya sampai menangkap dada si manusia tinggi. Lalu seorang lain maju. Ia
menggelitik tubuh si manusia tinggi. Tapi manusia tinggi langsung menendangnya
ketanah. Lalu Ia berkata,
“ Itu namanya
curang.”
Dari balik
kerumunan, si kerdil muncul. Ia berjalan kedepan. Si manusia tinggi tertawa
terbahak-bahak. Si kerdil terus berjalan kedepan. Ia sampai disamping si
manusia tinggi. Ia mengambil buah apel merah dari kantong kulit. Ia berkata,
“ Siapa saja yang
bisa mengambil apel merah ini, akan kuberi separo hartaku. Sungguh.”
Mendengar ucapan si
kerdil, si manusia tinggi langsung membungkuk. Ia mengulurkan tangan kearah si
kerdil. Si kerdil langsung meloncat tinggi. Ia mengulurkan tangannya, lalu
menyentuh hidung si manusia tinggi.
“ Kena, Lho.” Kata si kerdil sambil tertawa
keras.
Akhirnya, si
manusia tinggi mengaku kalah. Ia mendapatkan apel merah. Ia mendapatkan separo
harta si kerdil miskin. Tapi Ia menyerahkan seluruh hartanya pada si kerdil
sebagai buah dari kesombongannya.
No comments:
Post a Comment