Ratusan jamaah di depan pelupuk mataku. Pandangan mata mereka tertuju
padaku. Mereka duduk bersila,berbaris bershaf, seperti sholat
berjamaah. Masjid Ar Rahman tampak ramai oleh para jamaah. Sementara
lantai dua dihuni oleh kaum hawa.Mereka tampak antusias mendengarkan
ceramahku.
Aku mengambil napas panjang. Desis napasnya terdengar lewat microphone. Lalu aku berkata dengan nada tinggi,
“
Jamaah sekalian yang dirahmati oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
Rasulullah menjadi teladan kita. Dan di antara sisi kehidupan Rasulullah
yang harus diteladani adalah akhlak beliau. Sebab akhlak merupakan
cerminan keimanan dan keyakinan seseorang. Semakin kokoh keimanan
seseorang, semakin baik akhlaknya.Sebaliknya, semakin lemah iman
seseorang, semakin buruk pula akhlaknya. Rasulullah adalah cermin
kesempurnaan akhlak. Siapa pun yang ingin mengetahui akhlak beliau.
Kuncinya adalah pelajari AlQuran.”
Aku berhenti sejenak. Aku mengambil napas dalam-dalam. Lalu kulanjutkan,
“
Dan di antara akhlak beliau yang kita teladani, Rasulullah adalah orang
yang ramah, lemah lembut tutur kata dan perilaku, lembut hati, dan
mengasihi orang lain. Beliau juga orang sabar, santun, tahan uji, tidak
gampang marah, dan mudah reda kalau marah. Istri beliau, Aisyah, pernah
berkata,” Tidaklah Rasulullah dihadapkan pada dua pilihan masalah,
kecuali memilih yang paling mudah, selama tidak mengandung unsur dosa.
Jika ada unsur dosa, maka beliau orang yang paling jauh darinya. Beliau
tidak pernah marah karena urusan pribadi, tetapi marah kalau kehormatan
Allah dirusak. Maka saat itu beliau marah karena Allah. Rasulullah juga
orang pemberani yang melebihi keberanian siapa pun. Sahabat beliau,Ali
Bin Abi Thalib berkata,” Apabila peperangan berkobar dan menjadi semakin
sengit, kami berlindung pada Rasulullah. Maka tiada orang yang paling
dekat menghadapi musuh melebihi beliau. Selain itu,Rasulullah juga orang
yang paling dermawan. Ibnu Abbas pernah berkata,” Rasulullah adalah
orang yang paling dermawan, terutama dibulan Ramadhan, pada saat Jibril
menemuinya. Dimana Jibril menemui beliau setiap malam Ramadhan untuk
tadarus Al Quran. Sungguh pada saat itu Rasulullah lebih dermawan
daripada angin yang bertiup.”
Aku mengambil napas sejenak. Lalu kulanjutkan,
“
Rasulullah juga orang yang sangat setia pada janji, amanah, dan adil
dalam menghukum, dan sangat menjaga diri. Kawan atau pun lawan beliau
telah mengakui. Bahkan sebelum beliau diangkat menjadi nabi, beliau
mendapat gelar Al Amin.Selain itu, beliau juga orang yang sangat
tawadlu, suka menjenguk orang fakir, membantu keluarga di rumah. Sebagai
hamba yang beriman,tentu kita bertekad untuk meneladani Rasulullah
dalam segala hal.Sampai di sini dulu cermah kita pagi ini, kalau ada
yang bertanya,saya persilakan.”
Seorang laki-laki
kebapakan berdiri.Aku menyuruh panitia untuk memberinya microphone.
Bapak itu pun memegangnya dengan erat. Ia mengucapkan salam. Jawaban
salam punterdengar dari semua jamaah. Aku pun menjawab salamnya.
“
Pak ustadz, saya ingin bertanya pada ustadz tentang teladan kita
Rasulullah. Ustadz tadi berkata kurang lebih intinya meneladani
Rasulullah. Begini, Ustadz,saya ingin bertanya. Mengapa istri Rasulullah
lebih dari empat sedangkan kita hanya dibatasi empat istri saja.
Sedangkan beliau t eladan kita. Dan kita patut meneladani beliau. Terima
kasih atas waktunya.”
Ia pun mengucapkan salam. Jawaban salam
terdengar bergemuruh. Aku mengambil napas panjang. Aku mendekatkan
microphone pada mulut. Kutatap mereka penuh kasih sayang.
“
Jamaah sekalian yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jika
kita mau mengkaji sirahn abawiyah secara obyektif, maka akan mengetahui
bahwa pernikahan beliau bermotifkan kemanusiaan, memperkuat jalinan hati
antara tokoh sahabat, melipur lara keluarga yang ditinggal syahid
kepala keluarganya. Dan untuk merintis dakwah di tengah sebuah kabilah.
Disamping itu, untuk memenuhi hajat beliau sebagai manusia biasa, bukan
malaikat. Saya akan sebutkan nama-nama istri beliau. Yang pertama adalah
Khadijah binti Khuwailid, lalu Saudah binti Zamrah, laluAisyah binti
Abu Bakar, lalu Hafshah binti Umar, lalu Zainab binti Khuzaimah, lalu
Ummu Salamah, lalu Ummu Habibah, lalu Zainab binti Jahsy, lalu Shafiyah
binti Huyay, lalu Juwairiyah, lalu Maimunah.”
Aku berhenti sejenak. Lalukulanjutkan,
“
Jamaah sekalian yang berbahagia,dalam hal pernikahan, Rasulullah
mengikuti tradisi masyarakat pada umumnya. Karena pernikahan merupakan
masalah sosial yang sudah berjalan selama berabad-abad. Dan juga sesuai
dengan ajaran nabi-nabi sebelumnya. Pada awalnya, beliau mencukupkan
diri dengan satu istri,yaitu Khadijah. Beliau menikah dengan Khadijah
saat beliau berusia dua puluh lima tahun, sedangkan usia Khadijah empat
puluh tahun.Meski ada ketepautan usia yang cukup besar, yaitu lima belas
tahun.Beliau hidup berbahagia bersama Khadijah, hingga Khadijah
meninggal dunia dan saat itu beliau berusia lima puluh tahun.”
Aku terdiam sejenak. Lalukulanjutkan,
“
Pada umumnya usia segitu, syahwat manusia berkurang karena masa tua
menjelma. Beliau menikah dengan seorang janda muslimah yang ditinggal
wafat suaminya, yaitu Saudah.Dan saat itu Saudah berusia tujuh puluh
tahun. Setelah itu beliau baru melakukan poligami dengan Aisyah yang
dinikahi saat masih berusia enam tahun dan baru digauli setelah berusai
sembilan tahun.Setelah hijrah dan banyak terjadi pertempuran melawan
kekafiran,banyak sahabat wafat. Maka beliau menambah tanggungan dengan
menikahi para janda. Seluruh pernikahan beliau sangat terkait dengan
strategi dakwah. Dan setelah beliau menikah dengan sembilan istri dan
telah menggauli mereka semua, turunlah ayat yang melarang beliau untuk
menambah istri, atau menceraikan salah satu istri dan menggantinya
dengan menikahi wanita lain.”
Lalu aku melafadzkan surat Al Ahzab ayat lima puluh dua. Lalu aku mengartikan ayat itu.
“
Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak
boleh pula mengganti merekadengan istri-istri yang lain, meskipun
kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan-perempuan ( hamba sahaya )
yang kamu miliki. Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.”
Aku melanjutkan,
“ Jamaah yang berbahagia, Allahjuga menurunkan ayat yang berisi larangan buat kaum muslimin menikahimantan istri Rasulullah.”
Aku melafadzkan surat Al Ahzab ayatlima puluh tiga. Aku pun mengartikan.
“
Dan tidak boleh kamu menyakitihati Rasulullah dan tidak pula mengawini
istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan
itu amat besar dosanya di sisi Allah.”
Aku melanjutkan,
“
Setelah itu, atau tepatnya tahun delapan hijrah, turun surat An Nisa
yang membatasi jumlah maksimali istri yaitu empat istri. Beliau pun
menyampaikan kepada umatnya dan memberlakukan hal itu untuk umat.
Sebagaimana yang telah dibahas pada pembahasan sebelumnya. Sementara
mengenai beliau, ada kekhususan terkait dengan dua ayat dalam surat Al
Ahzab yang diturunkan sebelum surat An Nisa. Andaikan beliau menceraikan
istri-istrinya dan hanya mempertahankan empat dari mereka, sebagaimana
ketentuan dalam suratAn Nisa, maka mereka yang diceraikan tidak akan
menemukan suami lagi.Sebab kaum yang beriman dilarang menikahi mantan
istri Rasulullah.Dengan demikian, hikmah dari pernikahan dalam Islam
menjadi tidak berarti dan keadilan syariat Islam tidak terwujud pada
diri mereka.Mempertahankan istri Rasulullah dan tidak menambah lagi
merupakan keniscayaan. Begitulah kiranya jamaah sekalian.”
Nalis 20 - 5 - 2014
No comments:
Post a Comment