Zaman dulu hidup seorang pemuda bernama Aen. Dia sangat
gemar mengumpulkan benda kuno. Sekaligus penggila sejarah. Apalagi sejarah
nusantara yang dipenuhi perjuangan pahlawan hebat. Aen hidup sebatang kara. Dia
punya sepetak sawah, sebidang tanah depan rumah, dan rumah itu sendiri.
Suatu hari diadakan pameran besar besar an benda bersejarah.
Kebetulan seorang pemilik benda ingin melelang benda berharga berupa tongkat.
“ Sodara, tongkat ini bukan tongkat biasa. Tongkat kayu
sangat bernilai historis. Tongkat ini pernah dipakai gajahmada dan menjadi
miliknya selama bertahun tahun.”
Banyak orang tergiur membeli tongkat itu karena nilainya
yang prestise. Tapi yang paling berhasrat membeli barang itu dialah Aen. Dia
yang berani menawarkan harga paling tinggi. Tidak ada orang lain yang berani
mengajukan nilai nominal lebih tinggi dari Aen. Pemilik barang pun setuju nilai
yang diajukan Aen dan memutuskan menjual tongkat itu pada Aen.
Karena uang tidak cukup, Aen pun menjual sepetak sawah untuk
kemudian uang hasil penjualan digunakan membeli tongkat. Aen pun mendapatkan
tongkat. Tapi dia kehilangan asset besarnya yaitu sawah.
Tidak lama dari itu, ada lelang lagi barang antik. Seorang
yang mengaku keturunan dari Pangeran Siliwangi melelang barang antic
peninggalan Siliwangi.
“ Sodara, saya melelang barang antik berupa tikar. Jangan
lihat bentuknya, tapi nilai sejarahnya. Tikar ini pernah diduduki oleh pangeran
Siliwangi. Siapa yang berani menawar paling tinggi, dialah yang dapat. Saya
berani melelang karena saya butuh duit.”
Banyak orang tertarik membeli. Mereka pun menawarkan harga.
Tapi yang paling berhasrat membeli tikar itu dialah Aen. Dan Aen yang paling
berani mengajukan nilai nominal paling tinggi. Pemilik tikar itu setuju. Karena
tidak punya uang, Aen menjaul sebidang tanah depan rumahnya. Kini dia memiliki
tikar yang pernah diduduki Pangeran Siliwangi, tapi dia menjual asset berharga
miliknya, yaitu sebidang tanah.
Juga tidak lama setelah itu, diadakan lelang lagi barang
antik. Kali ini seorang yang mengaku keturunan Joko Tingkir melelang sebuah
mangkuk dengan nilai historis tinggi. Mangkuk itu bukan mangkuk biasa. Mangkuk
itu pernah dipakai Joko Tingkir untuk minum.
“ Sodara, siapa yang berani menawarkan harga paling tinggi.
Mangkuk ini bukan mangkuk biasa. Mangkuk ini peninggalan Joko Tingkir dan
pernah dipakainya untuk minum.”
Banyak orang tertarik membeli barang itu. Tapi Aen menjadi
orang paling berani menawar harga paling tinggi. Pemilik mangkuk itu pun setuju
untuk menjaul mangkuk pada Aen. Karena Aen berani menawar harga paling. Karena
tidak punya uang, Aen pun menjual rumahnya. Kini dia punya mangkuk dengan nilai
historis tinggi dan bukan sembarang mangkuk. Karena mangkuk itu peninggalan
Joko Tingkir.
Kini Aen punya tiga benda antic yang bernilai historis
tinggi, yaitu tongkat peninggalan Gajahmada, tikar yang pernah dipakai Pangeran
Siliwangi, dan mangkuk peninggalan Joko Tingkir. Tapi Aen tidak punya apa pun
selain itu. Maka setiap hari, dia pergi berjalan kaki dari satu tempat ke
tempat lain penuh kemalangan. Dia menggendong tikar. Karena tidak ringan, jadi
dia berjalan agak membungkuk. Dia memegang tongkat supaya tidak terjatuh. Dan
dia menggunakan mangkuk itu untuk meminta minta uang di jalanan karena dia
sudah tidak punya apa pun selain tiga benda itu dan pakaian lusuh yang menempel
badannya.
***
Suatu hari, seorang karyawan bekerja penuh giat. Gaji awal
bulan dia bernilai nominal 1000.000. Dia pergunakan uang itu untuk konsumsi.
Setelah akhir bulan, uangnya sisa 100.000. Tahun demi tahun, karena sudah
senior, gajinya pun naik menjadi 5000.000. Dia pun menggunakan uang itu untuk
konsumsi. Ternyata apa yang terjadi pada akhir bulan ? Uangnya juga tersisa
100.000
Suatu hari, seorang Dai dari
negeri ini berkunjung ke Korea. Di sana dia bertemu dengan seorang pemilik
pabrik ponsel dengan merk ternama di dunia. Dai itu berbicara dengan pengusaha
itu sangat akrab. Ketika seorang pengusaha itu dapat panggilan telepon, dia
mengangkat teleponnya dari saku celana. Sang dai kaget bukan main. Ponsel
sangat buruk dan jadul dikeluarkan oleh bos itu. Sebuah ponsel keluaran pertama
kali. Saat selesai bicara, sang dai memberanikan diri untuk menyinggung ponsel
milik bos itu.
“ Anda seorang bos. Anda juga
kaya raya. Bahkan Anda seorang pemilik perusahaan ponsel ternama di dunia.
Lantas saya sangat dikagetkan oleh apa yang Anda keluarkan. Apa itu ponsel
milik Anda ?”
Bos itu menjawab,” Ya benar, ini
milikku.”
“ Anda punya yang lain ?”
“ Kalau pribadi, hanya ini yang
ku punya. Aku tidak memakai ponsel lain selain ini ?”
“ Anda seorang pemilik ponsel
ternama di dunia dan canggih, mengapa Anda malah memakai ponsel sederhana itu
?”
Sambil tersenyum, si bos
menjawab,” Karena aku butuh kirim pesan dan telpon. Itu saja yang kubutuhkan.
Aku hanya butuh itu saja, tidak lebih dari itu.”
Setiap anak manusia perlu konsumsi untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Untuk survive, manusia harus konsumsi. Karena ada hak yang harus
dipenuhi dari badan mereka, yaitu nutrisi dan gizi. Tapi manusia dianugerahi
sebuah benda yang sangat berharga bernama akal. Itulah yang membedakan mereka
dengan hewan. Hewan memang punya otak, tapi tidak punya akal.
Sejatinya pola hidup pun perlu diperhatikan. Globalisasi
sangat tinggi. Modernanisasi tiada terbentung. Pola hedonism sudah meracuni setiap
penduduk. Banyak pengusaha asing menjadikan negeri sebagai sasaran marketing
paling menggiurkan seluruh dunia. Karena orang orang bangsa ini suka dikenal
sebagai bangsa konsumtif, bukan konsumtif di tempat yang benar, tapi konsumtif
di tempat yang salah. Bahkan tidak
sedikit orang yang nyata belum berkecukupan adu gengsi hanya untuk tampil
seolah berstrata tinggi di mata orang. Tapi dia mengorbankan asset, dan
pernghasilan berharga lain yang dibutuhkan oleh diri dan kelurga.
Sederhana merupakan perilaku anggun yang indah di mata siapa
pun. Tidak peduli itu orang kaya atau miskin. Jika dia tampil sederhana, bukan
hanya menyelamatkan image di mata orang. Tapi juga menyelamatkan diri untuk
survive. Dan menjadi solusi indah bagi siapa pun.
No comments:
Post a Comment