Dulu ada
seorang raja yang punya segalanya. Seluruh apa yang diinginkan terpenuhi. Dia
hidup dalam lingkungan mewah selalu, makan enak selalu, tidur di atas sutra
halus, dan selalu didampingi dayang dayang cantik. Dia tidak pernah pusing
memikirkan perannya sebagai raja. Yang ada di pikirannya, menjadi penguasa bisa
memiliki segalanya, sekaligus melakukan segalanya dengan kemauan sendiri,
dengan `tindakan apa pun walaupun semena-mena. Karena dia selalu menunjuk
bawahannya termasuk para menteri untuk mengurus negerinya. Sedangkan dia hanya
bersenang senang belaka.
Bukan hanya
itu, dia memikirkan supaya menambah pundi pundi hartanya kian menggelembung.
Dia naikkan pajak dengan seenaknya. Dia tidak peduli rakyat menjerit, berdemo,
karena baginya merupakan angin lewat yang hanya masuk telinga kanan lalu keluar
telinga kiri. Dia tidak peduli rakyat menjerit meminta bantuan, bahkan sampai
menangis meminta pertolongan. Padahal dia dipercaya sangat dan sangat untuk
kemajuan negeri itu. Kini mereka semakin tercekik dengan dinobatkan seorang itu
menjadi raja. Bukan membuat maju, tapi semakin sekarat.
Hidup
foya-foya, didampingi dayang dayang cantik setiap hari, serta makan enak
sepuasnya, menjadi menu sehari hari raja itu. Rakyat ingin raja itu mati saja
lalu diganti yang baru. Tapi apa daya hal itu tidak dilakukan karena mereka
hanya bawahan. Atasan hanya kata semua di balik sejuta kebohongan, bahwa rakyat
itu paling berkuasa.
Pada saat
harapan mereka ciut, mereka digegerkan dengan kematian sang raja. Semua pun terkaget.
Apa gerangan yang membuat sang raja meninggal. Semua pun berspekulasi, tapi
selalu terbantah oleh orang lain. Pikiran mereka bingung. Dalam pikiran mereka,
sang raja itu sehat selalu, hidup penuh kemewahan, makan sehari hari dengan
enak, hidup di tempat mewah, juga berumur tidak tua. Selain itu, dia juga punya
segalanya, emas dan perak yang melimpah dan harta lain yang tiada terbilang
jumlahnya.
Setelah
seorang tabib ahli pada masa itu memeriksa jenazah raja, dia menyimpulkan
dengan sejujur jujurnya. Dia bilang raja meninggal bukan diracun, bukan juga
bunuh diri, bukan juga karena penyakit yang tidak ada pada diri raja. Dia lalu
menjelaskan bahwa raja meninggal karena berlebihan makan dan makanan yang
terjanggal di tenggorokan. Dalam makan dia tertawa terbahakn bahak bersama sama
para dayangnya yang juga diajak tidur setiap malam.
Dayang
dayangnya mengaku malam itu sang raja menyantap hidangan bersama mereka. Sang
raja merencanakan rencana busuk untuk menganiaya rakyat. Seiring tertawa
terbahak bahak dan sambil makan, tiba tiba makannya itu tidak mau turun ke
bawah, atau terjanggal di tenggorokan. Sang raja meronta ronta, dayang dayang
pun bingung. Seketika raja itu mati di tempat.
Ada fase
fase peraturan yang mesti dipatuhi. Seagung kuasa manusia di muka bumi ini
hanyalah waktu yang memisahkannya. Kalau tidak kekuasaan meninggalkan terlebih
dahulu karena dipecat atau didemo, maka dia yang akan meninggalkannya terlebih
dahulu karena sebab mati atau yang lain.
Begitu pun
perilaku berlebihan yang melampaui batas. Ketika Anda lihat di sekitar perilaku
melampaui batas yang menganiaya banyak orang serta membuat takut banyak orang.
Bahkan tidak ada orang yang berani menyapanya, menegurnya, maka langit dan bumi
akan merespon. Banyak kisah kisah nyata yang membuat kita tercengang, sehingga
kita berpikir untuk menganiaya orang. Hanya dengan sekelompok hewan kecil, raja
Goliat hancur. Hanya dengan sekelompok hewan kecil, raja Namrud hancur. Dan
kisah nyata di atas pun menjadi pelajaran, hanya keselek makan saja bisa
membuat jutaan orang bergembira. Lambung raja itu menolak karena saking banyak
makanan yang masuk. Tubuhnya sendiri seolah melaknat jiwa raja itu yang
munafik.
Kekuasaan,
hanya masalah waktu meninggalkannya, maka jadikanlah yang terbaik.
NA LIS 25
Agustus 2014
No comments:
Post a Comment