“ Orang miskin pusing mau makan apa. Sedangkan orang strata sosial
tinggi pusing mau makan dimana.”
Semua punya masalah. Semua punya beban hidup. Tidak peduli
itu orang kaya atau miskin, orang berpangkat atau tidak berpangkat, orang
bergengsi atau tidak. Orang miskin setiap hari punya masalah mau makan apa dia,
karena uangnya sedikit, jadi harus super berpikir, berusaha sekuat tenaga untuk
menghindari nafsu perutnya yang ingin menyantap hidangan lezat nan mahal.
Begitu pula orang kaya atau berpangkat, dalam konteks sama
orang kaya dan berpangkat juga mengalami masalah makan. Jika orang miskin mau
makan apa, orang kaya dan berpangkat mau makan dimana. Mengapa ? Jelas, melihat
diri mereka yang merasa strata tinggi tidak mungkin asal makan di sembarangan
tempat. Lebih lebih tempat mewah berada jauh dari tempat tinggal. Mereka pun
pusing. Menghabiskan waktu dan tenaga juga beaya untuk menghindari campur aduk
antara strata. Lihatlah, konteksnya sama, hanya secara kentara yang berbeda.
Dua orang karyawan terjebak dalam kemacetan di sebuah kota
besar. Sampai di kantor mereka semua telat. Yang satu bilang,” Brengsek, aku
benci kota ini. Kota ini kota ini macet !!” Tapi yang satu lagi bilang,” Aku
bangga sekali berada di kota ini.” Akhirnya, mereka pun sama sama dimarahi oleh
atasan mereka karena sering telat. Mereka tidak bisa beralasan karena macet,
namanya juga karyawan selalu mengalah kalau dimarahi.
Tapi yang jadi pertanyaan apa alasan mereka berbeda sikap,
sedang mengalami hal serupa ?
Orang pertama melihat kerugian akibat masalah karena
menimbulkan kemarahan atasan. Dia sangat tidak enak hati jika dimarahi,
meskipun gajinya juga stabil karena kinerjanya bagus. Dia sangat khawatir suatu
saat dia diberhentikan akibat masalah itu. Karena itu dia sangat benci kota
itu.
Sedang orang kedua bersuka cita. Mengapa ? Karena dengan
lamanya perjalanan, dia akan mengurangi waktunya di kantor, yang mana bisa
digunakan untuk berbahagia. Dia bisa berpacaran dengan istrinya sepuasnya dengan
ponsel ketika dalam kendaraan umum. Selain itu, dia bisa menonton tv, main
game, dan lainnya. Intinya, masalah tadi diubah oleh pikirannya menjadi
keindahan. Dan itu sangat sangat langka dijumpai orang semacam itu.
Suatu hari, seorang bos memberi dana dana besaran untuk
mengiklankan produknya. Semuanya dirapatkan dengan nyata dan serius. Karena
ditakutkan akan mengalami kerugian besar akibat dana besar yang dikeluarkan.
Setelah diiklan dengan sensasional, banyak orang terdiam hanya melihat iklan
tersebut, atau tidak tertarik membelinya. Bos itu pun rugi besar. Dan
mengetahui bahwa karyawannya tidak mencantumkan alamat yang bisa dihubungi
dalam iklan besar besaran yang mahal. Sebelumnya dia tidak pernah marah, tapi
mencari tahu mengapa rugi ? Mengapa orang tidak mau masuk ke dalam iklannya ?
Daripada memarahi yang membuang emosi.
Dengan tahu bahwa tidak dicantumkan alamat yang bisa
dihubungi, dia pun mengambil pelajaran. Lalu kemudian iklannya lagi muncul
dengan wajah baru. Dan langsung booming sensasional ! Banyak orang ternyata
tertarik dari dulu iklannya. Hanya saja mereka tidak tahu ke mana mereka harus
beli atau menghubungi penjual.
Dengan mengetahui “ WHY ? “ Why I’am failed, otak kita
ternyata terus mencari tahu jawaban akan masalah yang terus membelenggu. Buang
rasa marah, dengki, dan penyakit hati lain, cari tahu penyebab masalah itu,
lalu belajar untuk kemudian menjadi pribadi yang lebih baik dan anggun untuk ke
depan.
Nalis, 14 Agustus 2014
No comments:
Post a Comment