Tuesday, August 12, 2014

Sepatu bot pembawa sial



                          
Alkisah, di sebuah desa terpencil, hidup seorang lelaki kebapakan bernama Karto. Ia berumur tiga puluh lima tahun dan belum menikah. Bapak dan ibunya meninggal cukup lama. Karto hidup sebatang kara. Dia tinggal di rumah sederhana warisan kedua orang tuanya. Sebuah rumah kayu tua. Di samping kanan dan kirinya, rumah besar dan megah berdiri tegak. Hanya ia sendiri yang benasib susah.
Suatu ketika ia ingin pergi ke sebuah kamar mandi umum. Karto memakai sepatu bot tua yang baru dipakai olehnya. Tapi ia tahu banyak orang mengetahui bahwa sepatu bot itu milik Pak Sugini, ayah Karto.  Sepatu bot itu peninggalan ayahnya dan disimpan rapi di dalam lemari kamarnya. Sandal yang dipakainya rusak dan ia terpaksa keluar memakai sepatu bot itu. Sepatu bot itu tampak kusam dan penuh debu. Warnanya sudah  kusut termakan oleh waktu. Banyak lubang pada sepatu itu, bahkan lubang besar berada pada pucuk sepatu kanan Kerot. Banyak orang melihat sepatu karto. Mereka tertawa terbahak-bahak. Karto hanya tersenyum kecut.
Dalam hati, karto berkata,
“ Emang kenapa, suka-suka gue donk.”
Aroma tubuh Karto terasa menyengat hidung. Sudah dua hari, ia tidak mandi. Di dalam rumahnya tidak terdapat kamar mandi. Sedangkan ia baru punya uang dua ribu perak untuk membayar jasa kamar mandi umum. Ia pun bergegas menuju kamar mandi umum itu. delapan kamar manid umum itu terussun rapi. Dan semuanya tampak penuh. Tapi tidak ada yang mengantre. Salah satu kamar mandi terbuka. Seorang lelaki kepabakan keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhnya. Ia langsung membayar pada penjaga kamar mandi itu. Karto dengan cepat masuk kamar mandi itu. Sebelum itu, ia melepas sepatu botnya miliknya. Ia langsung menyiram tubuhnya dengan air. Ia bernyanyi, bersiul menikmati air bersih yang dingin.
Setelah selesai, Karto membuka pintu kamar mani. Ia melihat semua kamar mandi, tampak kosong. Hanya tinggal sebuah kamr mandi yang tertutup rapat. Karto pun menunduk. Ia melihat sebuah sepatu hitam sangat mengkilat dan bersih dan tampak mahal. Sedangkan di sampingnya, sepatu bot kusut tampak menyebalkan di matanya. Karto melirik kanan dan kiri. Tidak seorang pun terlihat di matanya. Nafsu karto untuk mengambil sepatu itu semakin menjadi-jadi.
“ Ini kesempatanku untuk mengubah hidupku. Aku bisa menjual sepatu itu, lalu kugunakan uang untuk membeli banyak sepatu yang lebih murah. Lagi pula tidak ada orang yang melihat he...he...he...” ucapnya sambil teratwa pelan.
Tanpa berpikir panjang, Karto mengambil  sepatu hitam yang tampak mengkilat itu. Ia segera memakainya dan berlari menjauh kamar mandi. Dan ia pun tidak membayar  jasa kamar mandi. Ia berlari sambil tertawa terbahak-bahak.
Tidak berselang lama, pintu kamar mandi terbuka. Seorang lelaaki bertubuh gempal berjalan keluar dari kamar mandi. Ia tersentak keget. Sepatunya berubah menjadi sepatu bot kusam. Seketika itu, juga seorang lelaki  penjaga kamar mandi datang membawa sebungkus nasi kucing.
“ Siapa yang berani mengambil sepatu mahalku. Lalu diganti dengan sepatu bot jelek begini,” ucap seorang lelaki itu penuh luapan emosi.
Seorang penjaga kamar mandi itu berkata,
“ Pak lurah, saya melihat tadi Karto memakai sepatu bot kusam itu.”
“ Kalau begitu, ayo kita membuat perhitungan padanya.’
Tidak berselang lama, Karto tertangkap basah memakai sepatu hitam mahal itu milik pak lurah. Ia tidak menyangka sepatu bot itu milik kepala desa. Ia lalu diadili oleh seorang hakim, lalu Karto dijatuhi denda satu juta rupiah. Karto tidak sanggup membayar. Maka dijual lah tanah belakang rumahnya pada pak lurah. Dan mereka pun setuju. Karto pulang dengan penyesalan dalam sekaligus semakin bendi dengan sepatu bot itu.
“ Dasar sepatu bot sial.”
Karto melewati sebuah sungai. Ia membuang jauh seaptu bot itu ke tengah sungai. Ia tersenyum lebar. Lalu ia kembali ke rumahnya. Tidak berselang lama, sepatu bot itu menyangkut bersama ikan-ikan di jaring seorang lelkai tua. Ia pun mengambil sepatu bot itu. Ia mengerutkan keninag.
“ Bukannya sepatu ini milik Karto dan sering dipakai jalan-jalan olehnya,” ucapnya pelan.
Setelah selesai, seorang leaki tua itu melewati rumah Karto. Ia melempar sepatu bot itu sangat tinggi, lalu mengahntam kaca rumah Karto. Mendengar bunyi kaca pecah, seorang lekaki tua itu beralri kencang menjauhi rumah Karto. Dan Karto pun terbangun mendengar bunyi kaca pecah. Ia mnghampiri jendela rumahnya. Dan ia tersentak kaget. Sepatu botnya berada di dalam rumahnya bersama pecahankaca.
“ Aduh, sepatu sialan. Dasar awas kamu. Kupanggang di atas atap biar terkelupas kulitmu. dasar sepatu sialan. Kamu sudah membuat kaca jendela rumah pecah berantakan,” bentak karto penuh energi.
Karto menaiki sebuah tangga. Lalu ia berdiri di atas atap rumah. Ia menaruh sepatu botnya di bawah sengatan sinar mentari. Lalu ia turun dan kembali beristirahat. Seekor kucing sedang mengejar seekor tikus, bahkan sampai ke atap. Tikus itu bersembunyi di didalam sepatu bot. Kucing itu langsung menangkapa dua sepatu bot. Tiba-tiba  sepatu bot itu dihantam tubuh kucing dan keras. Dan sepatu bota itu terjatuh. Seorang wanita sedang melewati rumah karto. Tiba-tiba kepalanya dihantam sepatu bot dari atas.
“ Aduh, kurangaajar. Siapa yang beani !”
Ia melihat sepatu bot.
“ Bukankany aini milik Karto”
Wanita alngsung pergi menghampiri rumha karto. Dan karto pun terbangun. Wanita itu langsung mengadu dirinya ke halim. Karto pun tersenyak. Dan pak halikm memutuskan untuk mendeda karto atas pelakukan tidak terpuji melempar seirag wanita dari atas, dan meluia kepalanya. Kato semakin emosi sterhadap sepaunya. Ia tidak punya uang untuk membayar denda. Dan kahinya, ia menjual tanah halaman depan untuk membayar denda.
Karto pulang ke rumah dengan membawa sepatu bot. Itu penuh kekeslaja. Ia membentak-bentak sepatu bot itu penuh kekesalan.
“ dasar sepatu sialan. Awas kamu akan kuang kamu dari mukabumi ini.”
Terberist di pikiran karto sebuah ide. Ia ingin mengubur seoay itu di samping rumahnya. Setelah smapai rumah, krato mengambil vangkul dan lat oengagruk tanah untuk menudbur sepatu. Pada malama hari yang gelap, kerto meulai melakukan aksinta. Ia mencangkul tannah dengans angat keras. Suara nya terdengar oleh tetangga sekitar. Mereka melirik dari jendela. Dan mereka pun tersentak.
“ Karto ingin merobohkan rumah kita. wah ini bahaya,” ucap salah seoanrg teteangga.
Para tetangga karto pun melaprokan kejadian itu pada apak lurah. Dan pak lurah menangkap karto. Para tetangga karto mengadu karto ke pada halim. Dan halikm kembali mendenda atas perbuatan burukmya. Karto berteriak kara separti orang tidak waras. Dan kart pun di suruh mebayatra. Kena dia tiak punya uang. Ia menyerahkan rumahnya. Pada saat yang sama karto membawa sepatu botnya kepakda kahik/
“ Pak sayya ingin mengadu pada sanda tentang pebyatan sepatu bt iin. Id atelah membuat banyak eksalajan pada saya. Dan sepatuinlayak dijukaum atau di denda dengan senyak-banyaknya.’
Mendnegar uvapan itu, semua tertawa terbahak bahak pada sidang itu. begitu pula pak halikm.

No comments:

Post a Comment