Monday, August 18, 2014

Balas Dendam Terbaik




Nabi Yusuf memang menjadi menteri. Selain itu, beliau juga hidup berkecukupan, memiliki rupa menawan hati, juga apa pun yang diinginkan bisa dipenuhi asal masuk akal. Tapi tahukah Anda, hal itu diraih tidak semudah membalikkan telapak tangan. Nabi Yusuf mengalami cobaan yang mengerikan, yang tidak pernah kita bayangkan, tidak pernah kita alami, dan tidak pernah kita rasakan. Masa kecilnya begitu memilukan.

Yusuf hidup dalam kedengkian saudara saudaranya. Bisa Anda bayangkan mengerikannya hal itu. Masih mending yang mendengki kita orang lain, tetangga, atau selain sanak saudara. Tapi ini satu atap, satu meja makan, satu kesatuan dengan sang ayah. Setiap hari bercengkerama bersama, waktu demi waktu dilalui bersama. Setiap hari dia didengki, dimusuhi, dikucilkan. Satu alasan, kecemburuan social akibat sang ayah lebih perhatian pada Yusuf di banding anak lainnya.
Pada saatnya rasa muak mereka sudah memuncak. Kedengkian sudah menjalar deras tiada tertahan. Mereka pertama merencanakan pembunuhan. Tapi ditakutkan sang bapak menuduh mereka. Maka mereka buang ke sumur paling dalam. Dan mereka menyobek baju Yusuf untuk dilumurkan darah binatang sebagai tipuan pada sang bapak.


Dalam sumur yang begitu dalam dan usia masih belia yaitu dua belas tahun, entah apa yang dirasakan. Pasti merana sangat dalam. Dia disisihkan tanpa alasan jelas. Apalagi sumur itu bekas dan banyak binatang melata seperti kalajengking dan ular yang siap meremukkan tulang. Mungkin kita sekarang yang diselimuti film horror pasti merinding membayangkan suasan di situ. Bayangkan, area padang pasir, di dalam tanah sangat dalam, suhu ekstrim di malam hari, masih kecil, dan sumur bekas yang biasanya orang bila ,” ada penghuninya.” Denger suara “ hih .. hih .. hih ..” dikira oleh kita itu suara kuntilanak tertawa, padahal angin meniup pasir. Putih putih dikira penampakan genderuwo padahal memang bekas batu bata yang warnanya emang putih. Tapi Yusuf seorang pemberani. Sekali pun begitu, hatinya merana ditengah perlakuan saudara saudaranya.

Ini belum cobaan lain, seperti dijadikan budak padahal Yusuf seorang keturunan. Ibarat sekarang anak pemimpin jadi babu yang tidak digaji, kira kira begitulah logikanya. Juga cobaan lain seperti dituduh memperkosa, dipenjara akibat difitnah, dan cobaan lainnya. 

Pada saat Yusuf dianugerahkan oleh Allah menjadi menteri, musiam kemarau panjang melanda. Banyak orang sekarat kekurangan pangan, termasuk daerah tempat lahir Yusuf. Maka saudara saudara Yusuf datang ke Mesir untuk meminta bantuan pada Yusuf. Dan penuh kelapangan hati, yusuf memaafkan saudara saudaranya. Lihat, betapa mulia hati nabi itu. Mudahkah memaafkan kesalahan orang yang membenci, merencanakan membunuh, bahkan meninggalkan seorang diri di tengah amukan alam yang mengganas ? Akibat dari perlakuan, dia dijadikan budak, dituduh memperkosa, dipenjara, dan tidak bertemu dengan sang bapak tercinta selama 14 tahun. 

Kalau kita mungkin begini,” Eh, kalian ingat gak, apa yang kalian yang lakukan padaku dulu. Gara gara kalian, aku dijadikan budak, disuruh tanpa dibayar selayaknya binatang. Aku hamper dibunuh lantaran aku dituduh memperkosa. Lalu kalian ke sini minta bantuan. Kalian lihat muka kalian. Eh, emang sudi aku bantu, sana pergi ! Cari bantuan lain ! Masih mending kalian tidak kupenjara. Aku bisa memenjarakan kalian seumur hidup akibat perlakuan, karena aku seorang menteri.’

Itulah ungkapan yang akan kita lantunkan akibat sakit hati mengingat perlakuan mereka. Apalagi bukan saudara kandung, seperti Yusuf dengan saudara saudaranya itu. Tentu lebih tega lagi mendendam. Tapi tidak untuk Yusuf. Dengan tulus, dia memaafkan dan membantu saudara saudaranya penuh ketulusan. 

Cerita Lain

Rasulullah mendakwahkan Islam pada penduduk thaif. Diharapkan di sana lebih terima mengingat masih kerabat dekat dengan beliau. Tapi apa yang didapat ? Bukan kelapangan jiwa, bukan senyuman manis, bukan perlakuan santun seperti tamu dengan pemilik rumah. Tapi beliau dicaci, bahkan dilempari batu. Sungguh melampaui batas perlakukan mereka pada baginda. Setidaknya kalau menolak, bisa dibicakan baik baik. Saat itu, malaikat menawarkan untuk melaknat bumi Thaif. Tapi Rasulullah dengan tegas menolak, dan memaafkan penuh ketulusan. 

***

Berkaca dari akhlak para nabi, bahwa perilaku santun pada diri harus dikentara oleh masing masing. Jika dimusuhi, lihat dulu urgensi, apa yang berpotensi untuk ke depannya, bermaslahatkah jika menyerang. Artinya, bukan dimusuhi langsung berdiam diri, langsung bilang,” Ya aku maafkan, kan nabis begitu.” Bukan begitu, tapi lihat dulu, semisal konflik itu bisa memperpecah, jika Anda mendendam, malah lebih parah lagi, dan itu harus saling meminta maaf. Bukan arti, orang dari Negara lain menjajah negeri ini dan mengambil kekayaan bumi. Lantas bilang,’ Aku maafkan, karena nabi pun pemaaf.’ Bukan seperti itu. Sekali lagi, apa urgensi mereka dulu ?

Memafkan adalah balas dendam terbaik. Jikalau itu suatu hal sepele konflik hendaknya dimaafkan. Mungkin disebabkan kecapean bisa berujung emosi, atau lagi dibebani masalah, atau lagi tidak enak badan. Orang emosi lalu berkonflik bisa sebab macam macam. Jangan terlalu dibawa di hati yang dalam. Seperti anak kecil, jika dia menangis dicubit, dia cepat melupakan dan segera membaik dengan orang yang mencubitnya itu. 

Jika Anda masih sulit memaafkan kesalahannya, ada baiknya Anda simak berikut :
Jika kesalahan saudara Anda berujung akhirat, dan Anda sulit memaafkannya, tegakah Anda :

1.       Dia menunggu lama sekali di sana sebelum Anda menemuinya. Berjalan di bawah terik panas menjilat menjilat, bahkan satu jengkal tangan dari kepala. Bayangkan, betapa panas saat itu. Lantas, saudara Anda menderita akibat diri Anda tidak mengikhlaskan maaf padanya.

2.       Anda rela saudara Anda dibakar, menjerit disiksa, mendengar keras suaranya dan anda mengenal suaranya. Jeritannya mengerikan dan Anda kenal suara, sangat mengenal. Lalu tubuhnya terpanggang, dan Anda mengenal tubuhnya. Tegakah Anda biarkan karena satu alasan, Anda belum mau memaafkan kesalahannya pada Anda.

3.       Apakah Anda tidak tergiur janji Nya. Ketika Anda dendam dengan memaafkan. Hanya penyikapan saja, bedanya bagai bumi dan langit. Anda meraih banyak tingkat ketika memaafkan. Karena dengan begitu, ujian lulus dan berhak mendapat gelar sebagai ahlu jannah. Sangat menggiurkan, sangat sangat ..

By Nalis 18 Agustus 2014


No comments:

Post a Comment