Tuesday, August 26, 2014

Kemalangan Adalah Keberuntungan Nyata




Seorang pemimpin besar dan berpengaruh di dunia telah lahir di India. Dia memperjuangkan kemerdekaan negaranya dari tangan penjajah. Sepak terjang sosoknya tidak diragukan lagi, termasuk orasinya. Bagai berapi api dan penuh semangat menggelora. Dialah Mahatma Gandi. Dia dikenal sebagai orang bijak oleh banyak orang. Bicaranya dicacat, dan semuanya penting. Orang orang sangat memperhatikan seluruh bicanya, sehingga Gandi bisa memperngaruhi mereka untuk menyatukan kekuatan melawan penindasan dan penjajahan atas Negaranya yang tercinta.

Tapi tahukah anda di balik banyak kelebihan Mahatma Gandi di atas, ternyata dia punya kondisi kemalangan yang nyata, yang membuat dirinya resah, kurang pede, kurang semangat, minder, dan kecewa. Hanya saja Gandi tidak mempersoalkan kemalangan itu. Dia tetap tersenyum di tengah kemalangan yang mendera, tidak pernah menyalahkan langit, bahwa mengapa dia ditakdirkan begitu, sedang teman teman masa kecilnya tidak, mengapa teman teman masa dewasanya tidak. 

Apa kemalangan dia ? 


Dia seorang yang sulit berbicara. Bukan tidak bisa berbicara, tapi gagap berbicara. Artinya dia seorang pendiam, sangat pendiam di banding orang lain. Dari kecil, dia sudah sedikit bicara karena gagap. Kalau dia berbicara, dia sering plegak pleguk. Tidak jarang dihina oleh teman temannya. Bahwa mereka mengiba,” kasihan banget dia, ditakdirkan seperti itu. Jadi apa dia kalau dewasa. Waduh, aku gak bisa bayangin deh.”

Tapi apa yang terjadi seiring waktu berjalan. Orang orang menganggapnya sebagai orang bijak. Seiring sedikit bicaranya, semua bicaranya didengar, dihayati, dianggap penting, diperhatikan sedemikian dahsyat. Sehingga kata demi kata yang diucapkan olehnya menjadi pemicu semangat rakyat pribumi untuk melawan penjajah. Seiring sedikit bicara, seiring gagap dalam bicara, dia menjadi sosok indah di mata orang orang yang melihatnya. Karena sosok itu merupakan orang bijak yang semua kata yang keluar dari mulutnya menjadi penting untuk diambil.

Antony robins, seorang kaya raya dan termasuk yang terkaya di dunia saat ini. Saat muda, dia menjadi office boy di New York. Lebih tepatnya, dia jadi tukang pembersih kantor kantor, entah itu menyapu, mengepel, atau mengelap. Pada saat itu krisis datang, kantor pun harus memecat karyawan untuk mengurangi beban pengeluaran. Maka dipilihlah kerjaan yang tidak terlalu berpengaruh terhadap kantor, yaitu office boy. Kalau sekretaris atau akuntan, mereka harus pikir panjang untuk memecatnya. Karena mudah cari sekretaris maupun akuntan cerdas, tapi sulit cari yang jujur. Kalau salah pilih, omzet mereka semakin bangkrut seiring dikorupsi terus menerus oleh karyawan berpengaruh itu.

Beda lagi dengan office boy, kerjaan itu bisa dilakukan oleh semua orang. Karena hanya sebatas menyapu, mengepel, dan membersihkan kantor. Apalagi terlalu banyak office, kurangi sedikit tidak masalah menurut mereka, karena tidak berpengaruh signifikan pada kemajuan kantor.
Pada waktunya, kantor memecat Antony Robins dan beberapa orang teman sekerja. Teman teman yang beruntung dari pemecatan pun mengelus dada, dan bisa bernapas dengan tenang. 

Sedang mereka pun menaruh iba pada Antony Robins,
“ Kasihan si robins itu, malang banget nasibnya, gak kayak kita ya. Makan apa dia nanti. Rumah masih ngontrak, makan susah, orang tuanya kere, begitu pula saudara saudaranya.”

Apakah Antony Robins menganggapnya sebagai kemalangan ?

Benar sekali, memang kemalangan. Tapi kemalangan adalah keberuntungan nyata. Sekarang dia pun mengakuinya secara terang terang di hadapan banyak. Dia tidak malu dirinya karyawan tingkat teri dulu. Bahkan dia tidak malu dirinya dipecat dengan seenak oleh atasannya, hanya untuk mengurangi pengeluaran kantor.

Mengutip ucapannya,
“ Jika dulu aku masih eksis jadi office boy, maka hanya mimpi aku bisa berkeliling dunia seperti saat ini, membeli pulau, menolong korban bencana dan orang orang kurang beruntung lainnya. Aku berterima kasih pada atasanku dulu yang memecatku. Karena dia, aku tidak usah tinggal di rumah kecil dan kotor juga sempit. Karena sekarang aku bisa sepuasnya naik dan naik ke istana yang mana milikku sendiri, bukan orang lain yang harus kubayar beban setiap bulannya seperti dulu. Kini aku bisa menginjak bumi hakku sendiri, yang dulu harus dibebani beaya akibat milik orang. Bukan hanya satu bumi Amerika, tapi bumi lainnya sekarang menjadi hak untukku untuk bersuka ria bersama keluarga. Tanpa dia, aku tidak bisa seperti ini. Kemalangan diriku saat itu merupakan keberuntungan nyata yang kutangkap sehingga aku bersyukur atas dianugerahkan padaku.”

Salah satu nasib malang yang diakui oleh sebagian orang ialah fisik. Orang mengeluh pada Tuhan bahkan pada kedua orang tua, mengapa dia ditakdirkan buruk rupa sedang saudara sedarahnya tidak. Menurut dia sangat beresiko jadi orang dengan fisik tidak menawan. Karena hal itu berpotensi dicaci banyak orang, dihina banyak orang, dibuat bahan olok olok banyak orang. 

Yang jadi pertanyaan, apa alasan dia mengaku nasib malang ?

Oh, mungkin dia ingin jadi artis. Karena artis kebanyakan punya tampang indah. Menurut saya tidak juga, make up saja wajah Anda setebal mungkin, itu termasuk kategori indah. Oh, mungkin dia ingin punya mudah cari sesuatu. Tidak juga, orang tampang indah lebih berpotensi dibenci, dimusuhi, dihina, ini fakta. Nabi Yusuf contohnya. Bahkan baru baru ini ada seorang di Saudi diusir akibat dia terlalu tampan. Sungguh, hanya karena alasan dia terlalu tampan. Oh, dia mungkin ingin punya istri cantik, bersih, dan manis. Gampang, hal itu tidak sulit bagi pemuda saat ini, dengan satu syarat anda kaya raya. Wanita lebih menyukai lelaki mapan daripada tampan. Ini fakta. Pilihlah sesuka hati meskipun wajah Anda kurang menawan hati. Tapi jika Anda kaya raya, anda pun bisa, saya yakin itu. Tentu tidak semua wanita cantik, terutama yang sudah mapan dulu. Tapi banyak wanita cantik yang belum mapan kok. Tenang saja, kuantitasnya jauh lebih banyak dari lelaki. Tidak langka wanita cantik, lelaki tampan itu baru langka. Karena persentase jumlah perempuan di dunia tidak sebanding dengan lelaki, jauh dan jauh dan jauh lebih banyak yang perempuan. 

Masihkah Anda tidak percaya bahwa kemalangan itu keberuntungan nyata ?

Orang beriman tentu jauh lebih beruntung jika ditimpa kemalangan. Syarat sabar saja, dia sudah beruntung. Anda ditimpa sakit, dan Anda sabar, maka hal itu bisa mengurangi dosa Anda. Cobaan yang datang silih berganti bisa meminimalisir dosa dengan syarat orang itu sabar, bukan menghakimi langit tentang nasib yang dialami. Apalagi nasib itu dialami seorang diri, bukan teman temannya. Kalau bencana alam masih mending, karena semua terkena, jadi satu nasib satu darah. Berbeda dengan sekelompok orang dengan background sama, satu atap dan dapur, bahkan ruang, harusnya mengalami fase fase kesamaan, tapi ada satu yang bernasib malang, nah itu baru bukan satu nasib tapi satu darah. 

Kemalangan adalah keberuntungan nyata. Hanya saja fakta it uterus ditutupi oleh negative thinking, sehingga prasangka sangat sulit dikeluarkan karena ditutupi oleh keburukan. Hakekat yang sebenarnya ditutupi oleh awan hitam yang membuat redup sinar mentari yang cerah dan menawan di mata.

Pertanyaan saya, keberuntungan nyata apa saja yang sudah Anda ketahui ? Lihat dengan hati dan pikiran. Pikirkanlah, apa keberuntungan itu ? Hayati dengan jiwa Anda ? Anda akan temukan sejuta keberuntungan, salah satunya yang dianggap orang sebagai nasib malang untuk Anda. Tenang saja, itu bagi mereka. Karena andalah yang memutuskan.

Nalis, 27 Agustus 2014

No comments:

Post a Comment