Friday, August 15, 2014

Poligami Rasulullah

Ratusan jamaah di depan pelupuk mataku. Pandangan mata mereka tertuju padaku. Mereka duduk bersila,berbaris bershaf, seperti sholat berjamaah. Masjid Ar Rahman tampak ramai oleh para jamaah. Sementara lantai dua dihuni oleh kaum hawa.Mereka tampak antusias mendengarkan ceramahku.
Aku mengambil napas panjang. Desis napasnya terdengar lewat microphone. Lalu aku berkata dengan nada tinggi,

“ Jamaah sekalian yang dirahmati oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Rasulullah menjadi teladan kita. Dan di antara sisi kehidupan Rasulullah yang harus diteladani adalah akhlak beliau. Sebab akhlak merupakan cerminan keimanan dan keyakinan seseorang. Semakin kokoh keimanan seseorang, semakin baik akhlaknya.Sebaliknya, semakin lemah iman seseorang, semakin buruk pula akhlaknya. Rasulullah adalah cermin kesempurnaan akhlak. Siapa pun yang ingin mengetahui akhlak beliau. Kuncinya adalah pelajari AlQuran.”

Aku berhenti sejenak. Aku mengambil napas dalam-dalam. Lalu kulanjutkan,



“ Dan di antara akhlak beliau yang kita teladani, Rasulullah adalah orang yang ramah, lemah lembut tutur kata dan perilaku, lembut hati, dan mengasihi orang lain. Beliau juga orang sabar, santun, tahan uji, tidak gampang marah, dan mudah reda kalau marah. Istri beliau, Aisyah, pernah berkata,” Tidaklah Rasulullah dihadapkan pada dua pilihan masalah, kecuali memilih yang paling mudah, selama tidak mengandung unsur dosa. Jika ada unsur dosa, maka beliau orang yang paling jauh darinya. Beliau tidak pernah marah karena urusan pribadi, tetapi marah kalau kehormatan Allah dirusak. Maka saat itu beliau marah karena Allah. Rasulullah juga orang pemberani yang melebihi keberanian siapa pun. Sahabat beliau,Ali Bin Abi Thalib berkata,” Apabila peperangan berkobar dan menjadi semakin sengit, kami berlindung pada Rasulullah. Maka tiada orang yang paling dekat menghadapi musuh melebihi beliau. Selain itu,Rasulullah juga orang yang paling dermawan. Ibnu Abbas pernah berkata,” Rasulullah adalah orang yang paling dermawan, terutama dibulan Ramadhan, pada saat Jibril menemuinya. Dimana Jibril menemui beliau setiap malam Ramadhan untuk tadarus Al Quran. Sungguh pada saat itu Rasulullah lebih dermawan daripada angin yang bertiup.”

Aku mengambil napas sejenak. Lalu kulanjutkan,

“ Rasulullah juga orang yang sangat setia pada janji, amanah, dan adil dalam menghukum, dan sangat menjaga diri. Kawan atau pun lawan beliau telah mengakui. Bahkan sebelum beliau diangkat menjadi nabi, beliau mendapat gelar Al Amin.Selain itu, beliau juga orang yang sangat tawadlu, suka menjenguk orang fakir, membantu keluarga di rumah. Sebagai hamba yang beriman,tentu kita bertekad untuk meneladani Rasulullah dalam segala hal.Sampai di sini dulu cermah kita pagi ini, kalau ada yang bertanya,saya persilakan.”

Seorang laki-laki kebapakan berdiri.Aku menyuruh panitia untuk memberinya microphone. Bapak itu pun memegangnya dengan erat. Ia mengucapkan salam. Jawaban salam punterdengar dari semua jamaah. Aku pun menjawab salamnya.

“ Pak ustadz, saya ingin bertanya pada ustadz tentang teladan kita Rasulullah. Ustadz tadi berkata kurang lebih intinya meneladani Rasulullah. Begini, Ustadz,saya ingin bertanya. Mengapa istri Rasulullah lebih dari empat sedangkan kita hanya dibatasi empat istri saja. Sedangkan beliau t eladan kita. Dan kita patut meneladani beliau. Terima kasih atas waktunya.”
Ia pun mengucapkan salam. Jawaban salam terdengar bergemuruh. Aku mengambil napas panjang. Aku mendekatkan microphone pada mulut. Kutatap mereka penuh kasih sayang.

“ Jamaah sekalian yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jika kita mau mengkaji sirahn abawiyah secara obyektif, maka akan mengetahui bahwa pernikahan beliau bermotifkan kemanusiaan, memperkuat jalinan hati antara tokoh sahabat, melipur lara keluarga yang ditinggal syahid kepala keluarganya. Dan untuk merintis dakwah di tengah sebuah kabilah. Disamping itu, untuk memenuhi hajat beliau sebagai manusia biasa, bukan malaikat. Saya akan sebutkan nama-nama istri beliau. Yang pertama adalah Khadijah binti Khuwailid, lalu Saudah binti Zamrah, laluAisyah binti Abu Bakar, lalu Hafshah binti Umar, lalu Zainab binti Khuzaimah, lalu Ummu Salamah, lalu Ummu Habibah, lalu Zainab binti Jahsy, lalu Shafiyah binti Huyay, lalu Juwairiyah, lalu Maimunah.”

Aku berhenti sejenak. Lalukulanjutkan,
“ Jamaah sekalian yang berbahagia,dalam hal pernikahan, Rasulullah mengikuti tradisi masyarakat pada umumnya. Karena pernikahan merupakan masalah sosial yang sudah berjalan selama berabad-abad. Dan juga sesuai dengan ajaran nabi-nabi sebelumnya. Pada awalnya, beliau mencukupkan diri dengan satu istri,yaitu Khadijah. Beliau menikah dengan Khadijah saat beliau berusia dua puluh lima tahun, sedangkan usia Khadijah empat puluh tahun.Meski ada ketepautan usia yang cukup besar, yaitu lima belas tahun.Beliau hidup berbahagia bersama Khadijah, hingga Khadijah meninggal dunia dan saat itu beliau berusia lima puluh tahun.”

Aku terdiam sejenak. Lalukulanjutkan,
“ Pada umumnya usia segitu, syahwat manusia berkurang karena masa tua menjelma. Beliau menikah dengan seorang janda muslimah yang ditinggal wafat suaminya, yaitu Saudah.Dan saat itu Saudah berusia tujuh puluh tahun. Setelah itu beliau baru melakukan poligami dengan Aisyah yang dinikahi saat masih berusia enam tahun dan baru digauli setelah berusai sembilan tahun.Setelah hijrah dan banyak terjadi pertempuran melawan kekafiran,banyak sahabat wafat. Maka beliau menambah tanggungan dengan menikahi para janda. Seluruh pernikahan beliau sangat terkait dengan strategi dakwah. Dan setelah beliau menikah dengan sembilan istri dan telah menggauli mereka semua, turunlah ayat yang melarang beliau untuk menambah istri, atau menceraikan salah satu istri dan menggantinya dengan menikahi wanita lain.”

Lalu aku melafadzkan surat Al Ahzab ayat lima puluh dua. Lalu aku mengartikan ayat itu.
“ Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh pula mengganti merekadengan istri-istri yang lain, meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan-perempuan ( hamba sahaya ) yang kamu miliki. Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.”

Aku melanjutkan,
“ Jamaah yang berbahagia, Allahjuga menurunkan ayat yang berisi larangan buat kaum muslimin menikahimantan istri Rasulullah.”
Aku melafadzkan surat Al Ahzab ayatlima puluh tiga. Aku pun mengartikan.
“ Dan tidak boleh kamu menyakitihati Rasulullah dan tidak pula mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu amat besar dosanya di sisi Allah.”

Aku melanjutkan,
“ Setelah itu, atau tepatnya tahun delapan hijrah, turun surat An Nisa yang membatasi jumlah maksimali istri yaitu empat istri. Beliau pun menyampaikan kepada umatnya dan memberlakukan hal itu untuk umat. Sebagaimana yang telah dibahas pada pembahasan sebelumnya. Sementara mengenai beliau, ada kekhususan terkait dengan dua ayat dalam surat Al Ahzab yang diturunkan sebelum surat An Nisa. Andaikan beliau menceraikan istri-istrinya dan hanya mempertahankan empat dari mereka, sebagaimana ketentuan dalam suratAn Nisa, maka mereka yang diceraikan tidak akan menemukan suami lagi.Sebab kaum yang beriman dilarang menikahi mantan istri Rasulullah.Dengan demikian, hikmah dari pernikahan dalam Islam menjadi tidak berarti dan keadilan syariat Islam tidak terwujud pada diri mereka.Mempertahankan istri Rasulullah dan tidak menambah lagi merupakan keniscayaan. Begitulah kiranya jamaah sekalian.”

 Nalis 20 - 5 - 2014

No comments:

Post a Comment