Sunday, August 24, 2014

Kekuasaan, Hanya Soal Waktu Yang Meninggalkannya



Dulu ada seorang raja yang punya segalanya. Seluruh apa yang diinginkan terpenuhi. Dia hidup dalam lingkungan mewah selalu, makan enak selalu, tidur di atas sutra halus, dan selalu didampingi dayang dayang cantik. Dia tidak pernah pusing memikirkan perannya sebagai raja. Yang ada di pikirannya, menjadi penguasa bisa memiliki segalanya, sekaligus melakukan segalanya dengan kemauan sendiri, dengan `tindakan apa pun walaupun semena-mena. Karena dia selalu menunjuk bawahannya termasuk para menteri untuk mengurus negerinya. Sedangkan dia hanya bersenang senang belaka.

Bukan hanya itu, dia memikirkan supaya menambah pundi pundi hartanya kian menggelembung. Dia naikkan pajak dengan seenaknya. Dia tidak peduli rakyat menjerit, berdemo, karena baginya merupakan angin lewat yang hanya masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri. Dia tidak peduli rakyat menjerit meminta bantuan, bahkan sampai menangis meminta pertolongan. Padahal dia dipercaya sangat dan sangat untuk kemajuan negeri itu. Kini mereka semakin tercekik dengan dinobatkan seorang itu menjadi raja. Bukan membuat maju, tapi semakin sekarat.


Hidup foya-foya, didampingi dayang dayang cantik setiap hari, serta makan enak sepuasnya, menjadi menu sehari hari raja itu. Rakyat ingin raja itu mati saja lalu diganti yang baru. Tapi apa daya hal itu tidak dilakukan karena mereka hanya bawahan. Atasan hanya kata semua di balik sejuta kebohongan, bahwa rakyat itu paling berkuasa. 

Pada saat harapan mereka ciut, mereka digegerkan dengan kematian sang raja. Semua pun terkaget. Apa gerangan yang membuat sang raja meninggal. Semua pun berspekulasi, tapi selalu terbantah oleh orang lain. Pikiran mereka bingung. Dalam pikiran mereka, sang raja itu sehat selalu, hidup penuh kemewahan, makan sehari hari dengan enak, hidup di tempat mewah, juga berumur tidak tua. Selain itu, dia juga punya segalanya, emas dan perak yang melimpah dan harta lain yang tiada terbilang jumlahnya. 

Setelah seorang tabib ahli pada masa itu memeriksa jenazah raja, dia menyimpulkan dengan sejujur jujurnya. Dia bilang raja meninggal bukan diracun, bukan juga bunuh diri, bukan juga karena penyakit yang tidak ada pada diri raja. Dia lalu menjelaskan bahwa raja meninggal karena berlebihan makan dan makanan yang terjanggal di tenggorokan. Dalam makan dia tertawa terbahakn bahak bersama sama para dayangnya yang juga diajak tidur setiap malam.

Dayang dayangnya mengaku malam itu sang raja menyantap hidangan bersama mereka. Sang raja merencanakan rencana busuk untuk menganiaya rakyat. Seiring tertawa terbahak bahak dan sambil makan, tiba tiba makannya itu tidak mau turun ke bawah, atau terjanggal di tenggorokan. Sang raja meronta ronta, dayang dayang pun bingung. Seketika raja itu mati di tempat.

Ada fase fase peraturan yang mesti dipatuhi. Seagung kuasa manusia di muka bumi ini hanyalah waktu yang memisahkannya. Kalau tidak kekuasaan meninggalkan terlebih dahulu karena dipecat atau didemo, maka dia yang akan meninggalkannya terlebih dahulu karena sebab mati atau yang lain.
Begitu pun perilaku berlebihan yang melampaui batas. Ketika Anda lihat di sekitar perilaku melampaui batas yang menganiaya banyak orang serta membuat takut banyak orang.

 Bahkan tidak ada orang yang berani menyapanya, menegurnya, maka langit dan bumi akan merespon. Banyak kisah kisah nyata yang membuat kita tercengang, sehingga kita berpikir untuk menganiaya orang. Hanya dengan sekelompok hewan kecil, raja Goliat hancur. Hanya dengan sekelompok hewan kecil, raja Namrud hancur. Dan kisah nyata di atas pun menjadi pelajaran, hanya keselek makan saja bisa membuat jutaan orang bergembira. Lambung raja itu menolak karena saking banyak makanan yang masuk. Tubuhnya sendiri seolah melaknat jiwa raja itu yang munafik.
Kekuasaan, hanya masalah waktu meninggalkannya, maka jadikanlah yang terbaik. 


NA LIS 25 Agustus 2014

No comments:

Post a Comment