Sunday, August 17, 2014

Di Balik Jeruji Besi



Nelson Mandella seorang tokoh dunia meninggal dunia. Seluruh dunia berduka. Mereka kehilangan sosok pahlawan yang menghapus diskriminasi ras. Tangis diperdengarkan. Para tokoh dunia pun datang langsung untuk mengucapkan bela sungkawa sekaligus mengikuti proses pemakaman. Tidak ketinggalan, di seluruh pertandingan olahraga mengheningkan cipta sejenak untuk Mandella sebelum memulai pertandingan. Begitu pula pada konferensi politik, sebelum memulai rapat mereka mengheningkan cipta sejenak. Begitu sangat mencintai sosok bersahaja. Bukan hanya mereka, seluruh orang di seantero jagad mencintai Mandella. Seluruh orang di seantero jagad menghormati sekaligus menaruh hormat atas namanya sangat tinggi. Banyak tempat di Afrika dinamakan dengan nama Mandella, mulai dari pantai, stadion, dan lainnya. 


Kecintaan seluruh orang itu hanya mengikuti Mandella sampai di dunia. Rasa hormat mereka hanya bisa menolong Mandella ketika Mandella masih hidup. Kini, orang orang sibuk dengan urusan masing masing. Pujian dan sanjungan mereka hanya ada ketika mereka sempat teringat. Sekali pun dilakukan, hal itu tidak menyelamatkan Mandella di hari setelah meninggalnya. Mandella memang dicintai, dipuji, dihormati di dunia. Tapi tidak disana. Disebuah negeri abadi yang kekal bernama akhirat. Dunia memang menghormatinya, tapi tidak diakhirat. Mengapa hal itu terjadi ? Karena dia tidak beriman. Mandella tidak mengimani Allah sebagai Tuhan yang satu, dan Muhammad Bin Abdullah sebagai Rasullah. Karena takrir itu menjadi seorang muslim. Mandella masih percaya ketika dirinya meninggal bahwa Tuhannya itu tiga, beranak dan diperanakkan. Hal itu merupakan syirik terbesar, yang mana surga mengharamkannya, dan neraka mewajibkan untuk masuk ke dalamnya. 

Beberapa tahun lalu, seorang muslim kaya raya gencar menjadi buronan akibat dituduh melakukan terror. Dan tuduhan sama sekali tidak ada bukti. Akibatnya, dia bersembunyi untuk menyelamatkan diri. Seluruh dunia mengecam, melaknat, dan membencinya. Seluruh media mengecam. Bukan hanya itu, spanduk spanduk berjajaran di jalanan mengutuki orang itu. Orang itu hina di dunia. Orang itu dicaci maki di dunia. Seolah tiada tempat berpijak di bumi yang menjadi hak seluruh penduduk. Bahkan suatu pemerintahan Negara memberikan hadiah besar uang tunai untuk kepala orang itu, apalagi ditemukan dalam keadaan hidup. Makanya penemunya akan kaya raya. Orang seolah dilaknat oleh semua orang. Tiada tempat baginya untuk berpijak. Tiada baginya untuk menyapa banyak orang, banyak orang untuk menyalurkan ilmu.

Tapi di akhirat, dia memiliki keutamaan tersendiri. Dunia memang melaknatnya, tapi tidak di akhirat. Karena dia punya tiket tersendiri. Tiket yang membawanya menuju kebahagiaan. Dia mengakui Allah sebagai Tuhan semesta alam dan Muhammad Bin Abdullah sebagai Rasulullah. Dia juga mengamalkan ajaran Nya bahkan dijuluki banyak orang memiliki pemahaman religi yang bagus. Dunia bisa memenjarakannya, tapi akhirat memuliakannya. Sebuah keberuntungan nyata. Sampai ajal menjemput pun dunia masih melaknatnya. Tapi seketika itu juga sirna, karena negeri di lain dunia sedang menantinya, memberi kemulian nyata sebagai pengganti rasa lelah perjuangan sekaligus jerih payah membela kebenaran di dunia.

Banyak saudara kita menjadi bahan tuduhan yang sama sekali tidak ada bukti. Lalu media mengecamnya, mengutuknya, dan membuat image dirinya buruk sedemikian dahsyat. Lalu mereka dijebloskan di dalam ruangan sepi berjeruji besi. Orang orang mencibir, menggunjing keburukan, sekaligus memberi image buruk. Padahal tidak selalu yang dibalik jeruji besi itu orang dengan latar belakang keburukan, baik itu melakukan kedzliman, maksiat, maupun pencemaran nama baik orang maupun lembaga. Sebagian mereka difitnah, didzalimi, dan diasingkan. Sebaliknya, orang orang dengan penghormatan tinggi tidak pasti menuai kebaikan. Koruptor biasanya berasal dari golongan elit. Tapi karena image mereka yang tinggi, hukuman pun diperingan, dihormati oleh sebagian kalangan. Dunia memang berbeda dengan akhirat. Maka dari itu, yang kekal dan abadi menjadi pilihan setiap insan yang berakal. 

Seorang nabi rupawan pernah dituduh memperkosa. Karena ketampanan beliau yang melampaui batas maksimal, bahkan seorang wanita yang pemalu sekali pun takluk di hadapan ketampanan nabi itu. Hawa nafsu wanita yang selalu dikalahkan oleh perasaan malu pun pecah dan luluh melihat ketampanan beliau. Bisa dibayangkan seperti apa wajah beliau. Bukan hanya itu, ketika beliau lewat, para kaum hawa sampai tidak merasakan sakit tangannya tergores pisau ketika mereka melihat nabi berjalan. Karena ketampanan nabi begitu memukau kaum hawa. Dan menjadi bahan gunjingan menjadi hal wajib bagi kaum hawa karena itulah sebaik sebaik topic gunjingan. Beliau bernama Yusuf Bin Yaqub. 

Seorang wanita kaya dan cantik tidak tahan melihat ketampanan Yusuf. Dia ingin melampiaskan nafsu dengan pemuda itu. Dia mengajaknya halus untuk berbuat serong. Tidak ada satu pun di situ selain Yusuf, wanita cantik bangsawan itu, dan sang penguasa alam. Tapi dengan tegas Yusuf menolak. Seketika itu juga karena kekesalannya, si wanita menuduh Yusuf ingin memperkosanya. Yusuf pun dipenjara. Dan itu sesuai doanya.” Penjara lebih aku sukai, dari pada mengikuti ajakan wanita itu.” 

Bayangkan jika kita yang mengalami ! Apakah milih penjara ? Atau milih ajakan wanita cantik dan bangsawan itu ? 

Sangat sulit untuk memilih penjara, atau setidaknya memlih menolaknya. Sebagai seorang manusia juga memiliki nafsu, apalagi diajak oleh wanita cantik bangsawan. Apalagi dalam pikiran,” Ah, mumpung ada kesempatan, lagipula dia berjanji tidak menceritakan pada siapa pun.” Atau berpikir seperti ini,” Halah, besok tobat juga bisa. Aku masih muda kok. Kan Allah maha pemaaf.”
Kadang juga terpikir, tapi Yusuf yang punya ketampanan di luar manusia lain tidak mau karena di takut pada Allah, takut laknat Nya, takut keimanannya goyah, takut Allah tidak meridhoinya. Inilah dunia, cobaan begitu dahsyat menerpa. 

YANG DIANGGAP HINA DI DUNIA, TIDAK PASTI HINA DIAKHIRAT. DAN SEBALIKNYA.

By Nalis, 18 Agustus 2014


No comments:

Post a Comment