Friday, August 15, 2014

Gaya Hidup





Zaman dulu hidup seorang pemuda bernama Aen. Dia sangat gemar mengumpulkan benda kuno. Sekaligus penggila sejarah. Apalagi sejarah nusantara yang dipenuhi perjuangan pahlawan hebat. Aen hidup sebatang kara. Dia punya sepetak sawah, sebidang tanah depan rumah, dan rumah itu sendiri.
Suatu hari diadakan pameran besar besar an benda bersejarah. Kebetulan seorang pemilik benda ingin melelang benda berharga berupa tongkat.

“ Sodara, tongkat ini bukan tongkat biasa. Tongkat kayu sangat bernilai historis. Tongkat ini pernah dipakai gajahmada dan menjadi miliknya selama bertahun tahun.”

Banyak orang tergiur membeli tongkat itu karena nilainya yang prestise. Tapi yang paling berhasrat membeli barang itu dialah Aen. Dia yang berani menawarkan harga paling tinggi. Tidak ada orang lain yang berani mengajukan nilai nominal lebih tinggi dari Aen. Pemilik barang pun setuju nilai yang diajukan Aen dan memutuskan menjual tongkat itu pada Aen. 


Karena uang tidak cukup, Aen pun menjual sepetak sawah untuk kemudian uang hasil penjualan digunakan membeli tongkat. Aen pun mendapatkan tongkat. Tapi dia kehilangan asset besarnya yaitu sawah.

Tidak lama dari itu, ada lelang lagi barang antik. Seorang yang mengaku keturunan dari Pangeran Siliwangi melelang barang antic peninggalan Siliwangi.

“ Sodara, saya melelang barang antik berupa tikar. Jangan lihat bentuknya, tapi nilai sejarahnya. Tikar ini pernah diduduki oleh pangeran Siliwangi. Siapa yang berani menawar paling tinggi, dialah yang dapat. Saya berani melelang karena saya butuh duit.”

Banyak orang tertarik membeli. Mereka pun menawarkan harga. Tapi yang paling berhasrat membeli tikar itu dialah Aen. Dan Aen yang paling berani mengajukan nilai nominal paling tinggi. Pemilik tikar itu setuju. Karena tidak punya uang, Aen menjaul sebidang tanah depan rumahnya. Kini dia memiliki tikar yang pernah diduduki Pangeran Siliwangi, tapi dia menjual asset berharga miliknya, yaitu sebidang tanah.

Juga tidak lama setelah itu, diadakan lelang lagi barang antik. Kali ini seorang yang mengaku keturunan Joko Tingkir melelang sebuah mangkuk dengan nilai historis tinggi. Mangkuk itu bukan mangkuk biasa. Mangkuk itu pernah dipakai Joko Tingkir untuk minum.

“ Sodara, siapa yang berani menawarkan harga paling tinggi. Mangkuk ini bukan mangkuk biasa. Mangkuk ini peninggalan Joko Tingkir dan pernah dipakainya untuk minum.”

Banyak orang tertarik membeli barang itu. Tapi Aen menjadi orang paling berani menawar harga paling tinggi. Pemilik mangkuk itu pun setuju untuk menjaul mangkuk pada Aen. Karena Aen berani menawar harga paling. Karena tidak punya uang, Aen pun menjual rumahnya. Kini dia punya mangkuk dengan nilai historis tinggi dan bukan sembarang mangkuk. Karena mangkuk itu peninggalan Joko Tingkir. 

Kini Aen punya tiga benda antic yang bernilai historis tinggi, yaitu tongkat peninggalan Gajahmada, tikar yang pernah dipakai Pangeran Siliwangi, dan mangkuk peninggalan Joko Tingkir. Tapi Aen tidak punya apa pun selain itu. Maka setiap hari, dia pergi berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain penuh kemalangan. Dia menggendong tikar. Karena tidak ringan, jadi dia berjalan agak membungkuk. Dia memegang tongkat supaya tidak terjatuh. Dan dia menggunakan mangkuk itu untuk meminta minta uang di jalanan karena dia sudah tidak punya apa pun selain tiga benda itu dan pakaian lusuh yang menempel badannya.
***
Suatu hari, seorang karyawan bekerja penuh giat. Gaji awal bulan dia bernilai nominal 1000.000. Dia pergunakan uang itu untuk konsumsi. Setelah akhir bulan, uangnya sisa 100.000. Tahun demi tahun, karena sudah senior, gajinya pun naik menjadi 5000.000. Dia pun menggunakan uang itu untuk konsumsi. Ternyata apa yang terjadi pada akhir bulan ? Uangnya juga tersisa 100.000

Suatu hari, seorang Dai dari negeri ini berkunjung ke Korea. Di sana dia bertemu dengan seorang pemilik pabrik ponsel dengan merk ternama di dunia. Dai itu berbicara dengan pengusaha itu sangat akrab. Ketika seorang pengusaha itu dapat panggilan telepon, dia mengangkat teleponnya dari saku celana. Sang dai kaget bukan main. Ponsel sangat buruk dan jadul dikeluarkan oleh bos itu. Sebuah ponsel keluaran pertama kali. Saat selesai bicara, sang dai memberanikan diri untuk menyinggung ponsel milik bos itu.

“ Anda seorang bos. Anda juga kaya raya. Bahkan Anda seorang pemilik perusahaan ponsel ternama di dunia. Lantas saya sangat dikagetkan oleh apa yang Anda keluarkan. Apa itu ponsel milik Anda ?”
Bos itu menjawab,” Ya benar, ini milikku.”
“ Anda punya yang lain ?”
“ Kalau pribadi, hanya ini yang ku punya. Aku tidak memakai ponsel lain selain ini ?”
“ Anda seorang pemilik ponsel ternama di dunia dan canggih, mengapa Anda malah memakai ponsel sederhana itu ?”
Sambil tersenyum, si bos menjawab,” Karena aku butuh kirim pesan dan telpon. Itu saja yang kubutuhkan. Aku hanya butuh itu saja, tidak lebih dari itu.”

Setiap anak manusia perlu konsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Untuk survive, manusia harus konsumsi. Karena ada hak yang harus dipenuhi dari badan mereka, yaitu nutrisi dan gizi. Tapi manusia dianugerahi sebuah benda yang sangat berharga bernama akal. Itulah yang membedakan mereka dengan hewan. Hewan memang punya otak, tapi tidak punya akal. 

Sejatinya pola hidup pun perlu diperhatikan. Globalisasi sangat tinggi. Modernanisasi tiada terbentung. Pola hedonism sudah meracuni setiap penduduk. Banyak pengusaha asing menjadikan negeri sebagai sasaran marketing paling menggiurkan seluruh dunia. Karena orang orang bangsa ini suka dikenal sebagai bangsa konsumtif, bukan konsumtif di tempat yang benar, tapi konsumtif di tempat yang salah.  Bahkan tidak sedikit orang yang nyata belum berkecukupan adu gengsi hanya untuk tampil seolah berstrata tinggi di mata orang. Tapi dia mengorbankan asset, dan pernghasilan berharga lain yang dibutuhkan oleh diri dan kelurga. 

Sederhana merupakan perilaku anggun yang indah di mata siapa pun. Tidak peduli itu orang kaya atau miskin. Jika dia tampil sederhana, bukan hanya menyelamatkan image di mata orang. Tapi juga menyelamatkan diri untuk survive. Dan menjadi solusi indah bagi siapa pun.

No comments:

Post a Comment