Wednesday, November 26, 2014

Hanya BAB saja



Alkisah, zaman dahulu beberapa orang kerajaan sangat mendengki Abu Nawas. Sehingga mereka bersekongkol untuk mengerjai Abu Nawas. Mereka menemui salah satu perdana menteri raja. Dan mereka menceritakan semua keburukan Abu Nawas agar supaya menteri itu membenci Abu Nawas. Kedengkian orang itu jelas disebabkan kecerdasan, kepopuleran, dan kelebihan lain yang dimiliki oleh Abu Nawas. Sedangkan kelebihan itu tidak dimiliki olehnya.

Ketika selesai berunding, menteri itu berkata,
“ Baik, kamu dan dua orang datang ke rumah Abu Nawas.”
“ Untuk apa, Tuan ?” Tanya salah seorang.
“ Untuk BAB di kamarnya. Apa kalian setuju ?”


Mereka tertawa terbahak bahak.
“ Kalau dia menolak, maka akan dihukum. Bilang saja atas perintah atasan.”
“ Baik, perintah siap dilaksanakan.”

Utusan menteri itu bersuka ria berjalan menuju rumah Abu Nawas. Setelah sampai, mereka mengetuk pintu. Sesaat berselang, pintu terbuka. Abu Nawas menyambut hangat mereka dengan senyuman.

“ Silakan masuk,” kata Abu Nawas.
“ Maaf, kedatangan kami di sini atas perintah menteri. Jadi perintah tidak boleh dibangkang.”
“ Perintah apa itu ? Dengan suka cita akan kupenuhi,” sahut Abu Nawas.
“ Kami disuruh BAB di dalam kamarmu. Bolehkah kami bergiliran masuk ke kamarmu untuk BAB ?”

Abu Nawas mengangguk.

Salah seorang dari mereka berjalan cepat menuju kamar Abu Nawas. Ketika dia membuka pintu kamar, Abu Nawas berteriak,” Tunggu.”
“ Ada apa ?”
“ Apakah menteri hanya suruh BAB ?” Tanya Abu Nawas.
“ Ya memang benar BAB.”
“ Perhatikan ucapanku, APAKAH HANYA BAB SAJA ?”
“ Ya memang hanya BAB saja.”
“ Perhatikan sekali lagi, APAKAH HANYA BAB SAJA, tidakkah ada aktifitas lain selain BAB ?”
“ Tentu saja kami harus jongkok.”

Abu Nawas berteriak kencang,
“ Itu melanggar aturan ! Anda disuruh hanya BAB saja. Maka Anda harus BAB saja, tidak boleh yang lain. TIDAK BOLEH JONGKOK ATAU DUDUK, TIDAK BOLEH BUKA CELANA, TIDAK BOLEH KENTUT, TIDAK BOLEH KENCING, bagaimana apa Anda sanggup ?”
Orang itu pasrah,
“ Benar ucapanmu, kami tidak bisa memenuhi permintaan menteri.”

Mereka pun berjalan keluar penuh kekecawaan. 

Nalis

No comments:

Post a Comment