Friday, November 7, 2014

Etika Hutang Piutang




Hutang Bisa Memutus Tali Silaturahmi

Alkisah, seorang terkena beban ekonomi berat. Dia harus berhutang untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari hari. Dia tahu hutang bank sangat beresiko, maka dia berhutang pada tetangganya. Dia berhutang dengan jumlah besar. Dengan lapang dada, tetangganya memberi pinjaman untuk kemudian dikembalikan jikalau sudah penghasilan lagi. Tapi si penghutang tadi mantap sebulan lagi akan mengembalikan uang.

Sebulan berikutnya, karena si pemberi hutang tadi juga butuh duit. Dia datang ke rumah si penghutang untuk meminta kembali uang, atau Bahasa kasarnya nagih. Tapi si penghutang kembali tidak punya uang. Dia meminta tunggu sebulan lagi.

Datang bulan kedua, si pemberi hutang tadi datang kembali. Hasilnya sama, belum ada uang. Padahal si pemberi sungguh butuh uang itu. Akibatnya, ada rasa curiga muncul pada diri mereka. Pandangan mereka memicing. Dalam keseharian dalam bercanda, bersendau gurau, tidak bisa dilakukan seperti sedia kala, disebabkan ada satu problem yang pecah dalam diri mereka, yaitu hutang.


Bulan berikutnya, si penghutang tadi berpindah tempat untuk bekerja di luar negeri. Tapi dia janji untuk mengembalikan hutang jikalau sudah ada uang. Si pemberi pun dengan lapang hati menerima.

Pada bulan berikutnya, si pemberi menelpon penghutang. Jawabannya sama. Tidak punya uang. Si pemberi pun semakin jengkel. Dia telpon penuh emosi. Akhirnya, berujung panas. Tiba tiba nomornya terputus. Dan selamanya si pemberi dan penghutang tidak pernah bertemu lagi. Dan hanya orang bodoh yang menunggu hutangnya untuk dibayar.

Alasan Hutang Ditagih Di Akhirat

Surga dan Neraka adalah janji yang tidak mungkin dipungkiri. Surga adalah janji manisnya buah kesabaran dan melimpahnya amal sholeh di dunia. Sedangkan neraka adalah peringatan bagi mereka yang melampaui batas keburukan akhlak. 

Bayangkan kalau hutang tidak masuk kategori peringatan untuk tidak dibukakan kunci surge ? Berapa banyak orang tersakiti akibat dengan seenak saja hutang. Karena tidak ada peringatan dari langit, pasti banyak orang tidak bahagia akibat transaksi apalagi ekonomi yang tidak mungkin lepas dari hutang piutang. 

Yang Haram Lebih Ditakuti

Siapa bisa lolos dari bank ? Tidak akan ada yang bisa. Mereka lembaga kredibel dan berkonstitusi hukum. Maka Anda lari ke mana pun, Anda akan ketangkap. Sekali pun ke luar negeri. Bukan hanya ke tangkap, Anda akan dipenjara. 

Siapa yang meminjam uang di bank. Maka pasti setiap bulan Anda kena penambahan uang hasil pinjaman, atau bunga. Semakin lama Anda tidak mengembalikan, semakin bertambah dan berlipat uang yang harus Anda kembalikan. Maka tidak mungkin ada orang tenang dengan hutang itu, sekali pun tidur, makan, dan berbahagia dengan keluarga. Mereka dikejar kejar seolah dikejar anjing galak. Jika diam, maka siap dimangsa.

Beda lagi ketika Anda pinjam ke toko tetangga Anda, hutang dulu. Anda kembalikan tiga bulan, tidak akan ditambah. Tidak aka nada paksaan, kalau ada bukan merupakan ancaman serius. Hukum juga tidak berlaku, tidak seperti di bank.

Untuk itulah, banyak orang bermain main dengan hutang. Karena nyaman dan tanpa resiko, tapi masalahnya yang menghutangi itu berada dalam kemalangan nyata. Itu namanya kedzaliman. 

Memberi Bisa Jadi Solusi Daripada Menghutangi

Suatu hari, ada dua orang murid bercakap
“ Apa kalau hutang harus dikembalikan ?”
“ Harus donk “
“ Ah, mending ikhlasin aja kalau dia mati. Kan kasihan kalau ditanya di akhirat gara gara kita. Masak hanya karena kita, kok dia gak boleh masuk surga.”
“ Iya benar juga ucapanmu. Kita akan ikhlaskan kalau nominalnya kecil. Nah, bagaimana kalau hutangnya dia sama kita 1 milyar. Masak diikhlaskan ? Kita juga juga bisa mati.”
“ Terus gimana.”
“ Makanya harus ada perjanjian tulis antara penghutang dan kita. Supaya sanak keluarga percaya dan bisa dipertanggungjawabkan secara hukum. Dan itu sudah percaya dan mengikat.”
“ Wah, bagus juga tuh idemu.”
“ Gan, nah gimana kalau ada orang dengan jumlah besar mau ngutang sama kita, wajahnya juga kasihan. Tapi juga aku takut terjadi konflik dikemudian hari. Habisnya dia juga sangat butuh. Aku tuh orang paling tidak tega kalau ada orang kesusahan.”
“ Gampang.”
“ Apa itu ?”
“ Kamu beri saja dia uang, jangan pinjami.”
“ Lho, kok gitu sih ?”
“ Dengan diberi, maka dia kalau bukan wajah tembok, maka dia akan malu berhutang lagi. Kalau kamu hutangi satu kali, seterusnya akan begitu.”
“ Wah, bener juga gan.”


Siapa Paling Harus Di Pinjami Jikalau Mereka Minta

1.     Kerabat Keluarga

Merekalah bagian dari darah daging Anda. Mereka tau karakter Anda dan hidup bersama Anda. Maka sangat keterlaluan jika Anda tidak menolongnya. Sudah, tidak usah dipikirkan tulisan di atas kalau menyangkut kerabat keluarga, satu kata, TOLONGLAH DIA. Bisa juga anak dari kakak atau adik, sepupu, ipar, dan lain lain. Kalau perlu jangan hutangi, tapi BERI 1000% gratis !

2.     Orang yang benar benar bisa dipercaya

Jika Uang Anda kembali, Maka syarat orang yang harus Anda hutangi harus bisa dipercaya

Caranya :

-         Background si penghutang
Lihat dia, apakah seorang mabuk mabukan. Seorang ustadz. Seorang berpendidikan. Seorang yang lembut bicaranya. Seorang yang kasar bicaranya. Seorang yang suka menganiaya orang lain. Anda pasti tau, maka Anda bisa memutuskan.

-         Amanah Yang Pernah Anda lihat maupun dengar sekali pun dari orang lain. Sekalipun baru pertaman kali berjumpa.

Contoh :
“ Anda terjatuh dompet, dan isinya hanya 100 juta rupiah. Dan Anda melaju kencang dengan motor berkilo kilo meter dari tempat jatuh dompet. Sampai rumah, Anda terkena serangan jantung karena dompet hilang. Lalu tiba tiba datang seorang berlari tertatih tatih ke rumah Anda, membawa dompet Anda, jauh dan jauh berkilo dari rumah Anda. Kemudian dia memberikan dompet, Anda membukanya dan masih utuh 100 juta. Serangan jantung Anda pun hilang. Maka orang itu pasti AMANAH, kapan pun dan dimana pun. Maka jika dia ingin hutang, HUTANGI !”

“ Seorang diamanahkan ke tempat untuk membantu sebuah peternakan dari perguruan tinggi pertanian selama 4 tahun. Di sana dia dihina, direndahkan, dikucilkan, tidak dihargai, dan perasaan menyakitkan lain. Tapi dia bisa mengarungi penuh 4 tahun. Padahal dia bisa saja berkhianati dengan melarikan diri atau pun melanggar amanah karena konsekuensinya juga tidak besar. Ketika Anda Tanya mengapa begitu ? Lalu dia jawab,” Saya takut akhirat.” Maka orang itu pasti AMANAH. Jika minta hutang, Maka HUTANGI !”

Artikel semoga bermanfaat

Nalis


No comments:

Post a Comment