Alkisah, zaman dahulu beberapa orang
kerajaan sangat mendengki Abu Nawas. Sehingga mereka bersekongkol untuk
mengerjai Abu Nawas. Mereka menemui salah satu perdana menteri raja. Dan mereka
menceritakan semua keburukan Abu Nawas agar supaya menteri itu membenci Abu
Nawas. Kedengkian orang itu jelas disebabkan kecerdasan, kepopuleran, dan
kelebihan lain yang dimiliki oleh Abu Nawas. Sedangkan kelebihan itu tidak
dimiliki olehnya.
Ketika selesai berunding, menteri
itu berkata,
“ Baik, kamu dan dua orang datang ke
rumah Abu Nawas.”
“ Untuk apa, Tuan ?” Tanya salah
seorang.
“ Untuk BAB di kamarnya. Apa kalian
setuju ?”
Mereka tertawa terbahak bahak.
“ Kalau dia menolak, maka akan
dihukum. Bilang saja atas perintah atasan.”
“ Baik, perintah siap dilaksanakan.”
Utusan menteri itu bersuka ria
berjalan menuju rumah Abu Nawas. Setelah sampai, mereka mengetuk pintu. Sesaat
berselang, pintu terbuka. Abu Nawas menyambut hangat mereka dengan senyuman.
“ Silakan masuk,” kata Abu Nawas.
“ Maaf, kedatangan kami di sini atas
perintah menteri. Jadi perintah tidak boleh dibangkang.”
“ Perintah apa itu ? Dengan suka
cita akan kupenuhi,” sahut Abu Nawas.
“ Kami disuruh BAB di dalam kamarmu.
Bolehkah kami bergiliran masuk ke kamarmu untuk BAB ?”
Abu Nawas mengangguk.
Salah seorang dari mereka berjalan
cepat menuju kamar Abu Nawas. Ketika dia membuka pintu kamar, Abu Nawas
berteriak,” Tunggu.”
“ Ada apa ?”
“ Apakah menteri hanya suruh BAB ?”
Tanya Abu Nawas.
“ Ya memang benar BAB.”
“ Perhatikan ucapanku, APAKAH HANYA
BAB SAJA ?”
“ Ya memang hanya BAB saja.”
“ Perhatikan sekali lagi, APAKAH
HANYA BAB SAJA, tidakkah ada aktifitas lain selain BAB ?”
“ Tentu saja kami harus jongkok.”
Abu Nawas berteriak kencang,
“ Itu melanggar aturan ! Anda
disuruh hanya BAB saja. Maka Anda harus BAB saja, tidak boleh yang lain. TIDAK
BOLEH JONGKOK ATAU DUDUK, TIDAK BOLEH BUKA CELANA, TIDAK BOLEH KENTUT, TIDAK
BOLEH KENCING, bagaimana apa Anda sanggup ?”
Orang itu pasrah,
“ Benar ucapanmu, kami tidak bisa
memenuhi permintaan menteri.”
Mereka pun berjalan keluar penuh
kekecawaan.
Nalis
No comments:
Post a Comment