Kerupawanan diri merupakan variasi
fisik orang yang punya keindahan di mata orang lain, bahkan semua orang. Dalam
batin mereka, sebuah pengakuan tertuju pada sosok itu, bahwa sosok itu tidak
dipungkiri menawan hati di mata. Keindahan diri ini sejatinya menjadi dambaan
setiap orang, baik orang menengah maupun atas.
Semua orang menginginkan keturunan
mereka rupawan. Pasti dan tidak dipungkiri. Setiap orang menginginkan menantu
rupawan. Sekalipun pada kacamata mereka mengaku mapan urusan pertama. Tapi pada
pasti keinginan kecil di jiwa mereka adalah rupawan, karena itulah pembeda atas
pandangan mata orang dengan orang.
Lalu apakah itu sebuah bentuk
diskriminasi dari langit ? Dengan bukti banyak orang tidak rupawan berada di sisi
mereka. Benarkah langit mendiskriminasi bentuk rupa dari satu dengan orang lain
? Kan semua orang mengakui langit itu adil.
Sesungguhnya sama sama. Tidak ada
beda. Hanya perasaan iri berlebihan dari diri kita yang menjadikan diri kita
seolah tidak diadili oleh langit. Padahal ganteng maupun cantik cobaannya tidak
kalah dahsyat.
Banyak anak muda bilang,” Ganteng
ini sungguh menyiksaku.” Saya pribadi memandangnya tidak terlalu berlebihan.
Jika benar Anda sungguh dianggap ganteng oleh banyak orang, maka bersiaplah
Anda merasakan penderitaan yang tidak kalah dahsyat dari ketidakrupawanan
orang.
-
Cenderung
dimusuhi, didengki, dan dicurigai. Hal itu satu sebab, karena dialah tiang
perhatian dari segala perhatian. Nabi Yusuf didengki saudara saudaranya, karena
selain paling disayang oleh sang ayah, dia juga paling rupawan.
-
Cobaan
hebat dari wanita. Hanya orang punya iman kuat bisa menahan cobaan ini.
-
Gudang
salah paham. Pernahkah Anda dengar seorang wanita jatuh cinta pada seorang
ganteng, lalu lelaki lain mencintai gadis itu. Seketika lelaki itu memusuhi si
ganteng itu. Padahal si ganteng itu sama sekali tidak kenal pada si wanita itu,
apalagi mengenalnya dan menelponnya. Ini bukan cinta segitiga. Kalau cinta
segitiga semuanya saling kenal, entah itu mulai temanan dulu. Tapi ini salah
paham yang amat konyol.
Lengkap sudah
penderitaannya, lalu maukah Anda berlanjut untuk mengoperasi wajah yang
berkonsekuensi itu. Saya sarankan “ Jangan “
( Dan Nikmat
Apa Lagi Dari Langit Yang Engkau Dustakan )
No comments:
Post a Comment