Hutang Bisa Memutus Tali Silaturahmi
Alkisah, seorang terkena beban
ekonomi berat. Dia harus berhutang untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari hari.
Dia tahu hutang bank sangat beresiko, maka dia berhutang pada tetangganya. Dia
berhutang dengan jumlah besar. Dengan lapang dada, tetangganya memberi pinjaman
untuk kemudian dikembalikan jikalau sudah penghasilan lagi. Tapi si penghutang
tadi mantap sebulan lagi akan mengembalikan uang.
Sebulan berikutnya, karena si
pemberi hutang tadi juga butuh duit. Dia datang ke rumah si penghutang untuk
meminta kembali uang, atau Bahasa kasarnya nagih. Tapi si penghutang kembali
tidak punya uang. Dia meminta tunggu sebulan lagi.
Datang bulan kedua, si pemberi
hutang tadi datang kembali. Hasilnya sama, belum ada uang. Padahal si pemberi
sungguh butuh uang itu. Akibatnya, ada rasa curiga muncul pada diri mereka.
Pandangan mereka memicing. Dalam keseharian dalam bercanda, bersendau gurau,
tidak bisa dilakukan seperti sedia kala, disebabkan ada satu problem yang pecah
dalam diri mereka, yaitu hutang.
Bulan berikutnya, si penghutang tadi
berpindah tempat untuk bekerja di luar negeri. Tapi dia janji untuk
mengembalikan hutang jikalau sudah ada uang. Si pemberi pun dengan lapang hati
menerima.
Pada bulan berikutnya, si pemberi
menelpon penghutang. Jawabannya sama. Tidak punya uang. Si pemberi pun semakin
jengkel. Dia telpon penuh emosi. Akhirnya, berujung panas. Tiba tiba nomornya
terputus. Dan selamanya si pemberi dan penghutang tidak pernah bertemu lagi.
Dan hanya orang bodoh yang menunggu hutangnya untuk dibayar.
Alasan Hutang Ditagih Di Akhirat
Surga dan Neraka adalah janji yang
tidak mungkin dipungkiri. Surga adalah janji manisnya buah kesabaran dan
melimpahnya amal sholeh di dunia. Sedangkan neraka adalah peringatan bagi
mereka yang melampaui batas keburukan akhlak.
Bayangkan kalau hutang tidak masuk
kategori peringatan untuk tidak dibukakan kunci surge ? Berapa banyak orang
tersakiti akibat dengan seenak saja hutang. Karena tidak ada peringatan dari
langit, pasti banyak orang tidak bahagia akibat transaksi apalagi ekonomi yang
tidak mungkin lepas dari hutang piutang.
Yang Haram Lebih Ditakuti
Siapa bisa lolos dari bank ? Tidak akan
ada yang bisa. Mereka lembaga kredibel dan berkonstitusi hukum. Maka Anda lari
ke mana pun, Anda akan ketangkap. Sekali pun ke luar negeri. Bukan hanya ke
tangkap, Anda akan dipenjara.
Siapa yang meminjam uang di bank.
Maka pasti setiap bulan Anda kena penambahan uang hasil pinjaman, atau bunga.
Semakin lama Anda tidak mengembalikan, semakin bertambah dan berlipat uang yang
harus Anda kembalikan. Maka tidak mungkin ada orang tenang dengan hutang itu,
sekali pun tidur, makan, dan berbahagia dengan keluarga. Mereka dikejar kejar
seolah dikejar anjing galak. Jika diam, maka siap dimangsa.
Beda lagi ketika Anda pinjam ke toko
tetangga Anda, hutang dulu. Anda kembalikan tiga bulan, tidak akan ditambah.
Tidak aka nada paksaan, kalau ada bukan merupakan ancaman serius. Hukum juga
tidak berlaku, tidak seperti di bank.
Untuk itulah, banyak orang bermain
main dengan hutang. Karena nyaman dan tanpa resiko, tapi masalahnya yang
menghutangi itu berada dalam kemalangan nyata. Itu namanya kedzaliman.
Memberi Bisa Jadi Solusi Daripada
Menghutangi
Suatu hari, ada dua orang murid
bercakap
“ Apa kalau hutang harus
dikembalikan ?”
“ Harus donk “
“ Ah, mending ikhlasin aja kalau dia
mati. Kan kasihan kalau ditanya di akhirat gara gara kita. Masak hanya karena
kita, kok dia gak boleh masuk surga.”
“ Iya benar juga ucapanmu. Kita akan
ikhlaskan kalau nominalnya kecil. Nah, bagaimana kalau hutangnya dia sama kita
1 milyar. Masak diikhlaskan ? Kita juga juga bisa mati.”
“ Terus gimana.”
“ Makanya harus ada perjanjian tulis
antara penghutang dan kita. Supaya sanak keluarga percaya dan bisa
dipertanggungjawabkan secara hukum. Dan itu sudah percaya dan mengikat.”
“ Wah, bagus juga tuh idemu.”
“ Gan, nah gimana kalau ada orang
dengan jumlah besar mau ngutang sama kita, wajahnya juga kasihan. Tapi juga aku
takut terjadi konflik dikemudian hari. Habisnya dia juga sangat butuh. Aku tuh
orang paling tidak tega kalau ada orang kesusahan.”
“ Gampang.”
“ Apa itu ?”
“ Kamu beri saja dia uang, jangan
pinjami.”
“ Lho, kok gitu sih ?”
“ Dengan diberi, maka dia kalau
bukan wajah tembok, maka dia akan malu berhutang lagi. Kalau kamu hutangi satu
kali, seterusnya akan begitu.”
“ Wah, bener juga gan.”
Siapa Paling Harus Di Pinjami
Jikalau Mereka Minta
1.
Kerabat
Keluarga
Merekalah
bagian dari darah daging Anda. Mereka tau karakter Anda dan hidup bersama Anda.
Maka sangat keterlaluan jika Anda tidak menolongnya. Sudah, tidak usah
dipikirkan tulisan di atas kalau menyangkut kerabat keluarga, satu kata,
TOLONGLAH DIA. Bisa juga anak dari kakak atau adik, sepupu, ipar, dan lain lain.
Kalau perlu jangan hutangi, tapi BERI 1000% gratis !
2.
Orang
yang benar benar bisa dipercaya
Jika Uang Anda
kembali, Maka syarat orang yang harus Anda hutangi harus bisa dipercaya
Caranya :
-
Background
si penghutang
Lihat dia, apakah seorang mabuk mabukan. Seorang ustadz. Seorang
berpendidikan. Seorang yang lembut bicaranya. Seorang yang kasar bicaranya.
Seorang yang suka menganiaya orang lain. Anda pasti tau, maka Anda bisa
memutuskan.
-
Amanah
Yang Pernah Anda lihat maupun dengar sekali pun dari orang lain. Sekalipun baru
pertaman kali berjumpa.
Contoh :
“ Anda terjatuh dompet, dan isinya hanya 100 juta rupiah. Dan Anda
melaju kencang dengan motor berkilo kilo meter dari tempat jatuh dompet. Sampai
rumah, Anda terkena serangan jantung karena dompet hilang. Lalu tiba tiba
datang seorang berlari tertatih tatih ke rumah Anda, membawa dompet Anda, jauh
dan jauh berkilo dari rumah Anda. Kemudian dia memberikan dompet, Anda
membukanya dan masih utuh 100 juta. Serangan jantung Anda pun hilang. Maka
orang itu pasti AMANAH, kapan pun dan dimana pun. Maka jika dia ingin hutang,
HUTANGI !”
“ Seorang diamanahkan ke tempat untuk membantu sebuah peternakan
dari perguruan tinggi pertanian selama 4 tahun. Di sana dia dihina,
direndahkan, dikucilkan, tidak dihargai, dan perasaan menyakitkan lain. Tapi
dia bisa mengarungi penuh 4 tahun. Padahal dia bisa saja berkhianati dengan
melarikan diri atau pun melanggar amanah karena konsekuensinya juga tidak
besar. Ketika Anda Tanya mengapa begitu ? Lalu dia jawab,” Saya takut akhirat.”
Maka orang itu pasti AMANAH. Jika minta hutang, Maka HUTANGI !”
Artikel semoga bermanfaat
Nalis
No comments:
Post a Comment