Sunday, January 4, 2015

Hal Sulit Dilakukan Orang



Di sisi kali ini, saya membahas perasaan saja atau secara psikis. Bukan seperti secara fisik, seperti menang menangan menangkat beban berat, menang menangan kekayaan, atau menang menangan pamer jabatan. Hal yang dibahas mencakup keseluruhan strata yang terucap di atas. Bahkan sekali pun orang biasa tanpa diketahui keeksisan dirinya di mata orang.

1.     Sulit Mengakui Kekurangan Dirinya

Tidak mengakui kekurangan diri adalah bagian dari kemalangan diri. Seorang pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tapi dengan pengecualian, jika kekurangan itu memang bisa diubah, maka mengakui kekurangan adalah mutlak.


Pemimpin sejati wajib memiliki sikap seperti ini. Apa yang memang dikeluhkan oleh orang. Apa yang memang menjadi kekurangan dirinya.  Sudah menjadi tabiat, dia harus menerima sebagai cambuk dirinya untuk lebih baik ke depan.

Lantas apa kekurangan Anda saat ini ?

Anda saat ini gemuk ? Maka Anda harus mengakui bahwa Anda gemuk. Mencari alasan alasan menjadi bentuk kemunafikan diri, karena memang nyatanya Anda gemuk.

“ Ah, aku tidak gemuk kok. Cuma tambah sedikit saja berat badan. Tetap seksi kok.”
“ Ya kita maklumi, semua orang memasuki usia demi usia akan mengalami fase fase kegemukan.”

Ya, dia mencari pembenaran diri. Dia mempublikasikan kepada semua orang supaya dirinya dapat dibela dari kenyataan nyata. Dia menyalahkan perjalanan usia. Dia membuat kalimat pendamaian diri di antara jiwanya dan jiwa orang lain dengan kata,” Cuma tambah sedikit.”

Satu hal menjadi alasan di balik semua pembenaran itu, dia tidak ingin kekurangan itu dirasakan oleh banyak orang. Padahal semua orang yang melihatnya tidaklah gila. Tidaklah sangat sangat bodoh. Mereka pun mengakui bahwa dia itu gemuk.

Pengakuan diri adalah kunci pertama untuk membuka solusi solusi. Dengan mengakui dia gemuk, dia bisa mengatur olahraga, pola makan, dan menjaga konsumsi serta memperbanyak puasa.

“ Oh ya, aku gemuk. Cewek kurang suka cowok berlebih lemak. Aku kaya kok. Tapi istri juga butuh keistimewaan dari sisi fisik. Maka mau tidak mau, aku harus memanjakan istriku nanti dengan fisik membanggakan.”

2.     Sulit Keluar Dari Zona Gengsi

Sebelum pemilihan legislatif, banyak caleg berdatangan ke kampung kampung untuk bertemu langsung masyarakat terutama dari kaum kurang beruntung. Bukan hanya itu, mereka juga menceburkan diri ke got got. Bahkan ikut makan dengan lauk sederhana diiringi kesederhanaan.

Tapi setelah mereka menjadi, hanya sedikit yang masih seperti itu, bahkan sekadar mengunjungi saja pun ogah, apalagi ikut larut seperti sebelum pemilihan. Hal itu disebabkan sebelumnya, bayangan mereka adalah menang menang. Untuk itu gengsi pun menjauh. Karena kalau gengsi, habis sudah harapannya. Terbuang ratusan bahkan milyaran uang keluaran modal untuk nyalon, belum lagi modal waktu dan mondar mandir yang sangat melelahkan.

Tapi yang jadi pertanyaan, apa ruginya mereka mengunjungi seperti apa yang dilakukan sebelum pemilihan ?

Gengsi mereka sudah naik. Pada waktu sebelum, dia belum menjadi apa pun. Nah setelah menjadi pemimpin, dia merasa ogah karena dengan menemui mereka hanya semakin menurunkan image sebagai pemimpin.

Padahal Umar seorang pemimpin yang penuh wibawa selalu berempati dengan terjun langsung mengunjungi rakyatnya. Suatu hari, dia melihat seorang ibu dan anak yang kelaparan. Di tengah kegelapan malam, dia memanggul satu karung gandum seorang diri. Keringat pun bercucuran tiada henti. Padahal dia adalah seorang pemimpin.

3.     Sulit Melupakan Kemalangan Masa Lalu

Setiap jiwa memang diciptakan menampung segala macam perasaan, baik itu bahagia maupun kesedihan. Terkadang penderitaan, amarah, emosi berlebihan sering hadir menganggu diri sekarang ini hanya disebabkan sulit melupakan penderitaan atau kemalangan masa lalu.

Dulu mungkin pernah mengalami penderitaan, diremehkan, atau bahkan mungkin mengalami luka fisik. Semua membekas trauma mendalam yang membuahkan kesedihan nyata.

Meskipun sulit, ingatlah masa itu tidak mungkin kembali. Tidak bisa diubah. Tapi masa depan bisa diubah. Maka hendaknya alangkah indah kita mengubah yang bisa kita ubah. Karena kemalangan masa lalu merupakan bagian dari takdir yang bisa menjadi keburuntungan diri di kemudian hari.

Bukankah Tuhan berkata, setelah kesulitan ada kemudahan.

4.     Sulit Untuk Amanah Sepenuhnya

Suatu hari, ada dua orang saling berjanji dan mereka berdua baru saling bertemu. Karena mereka berdua beda profesi, yang satu pengusaha dan yang satu karyawan. Nah yang karyawan ini sangat membutuhkan bantuan pada si pengusaha itu. Mereka berdua berjanjian untuk menandatangi surat surat sebagai kontrak resmi.

Singkat cerita, tempat yang mereka janjikan adalah sebuah tempat di ketinggian di sebuah villa. Hari itu karyawan itu melajukan motor dengan susah payah, naik ke atas. Belum lagi, hujan turun sangat deras. Dia sangat kedinginan karena tidak membawa pelindung hujan. Belum lagi dia lagi kebasahan. Sesekali dia terjatuh karena jalannya sangat licin disebabkan hujan. Belum lagi, petir menyambar nyambar sangat mengerikan. Dia sangat kelaparan dan merasa capek sangat dahsyat.

Dengan sesudah dia sampai, villa itu sepi. Semua tertutup dan gelap. Sedang cuaca semakin mencekam dan dia seorang diri, belum lagi bensinnya hamper habis.

Dia tersenyum sedikit. Meskipun dia susah payah datang, tapi toh sampai juga. Tapi dia heran mengapa villa itu sepi. Dia menunggu sangat lama di situ sehingga dia merasakan badannya meriang seiring dihantam hujan yang sangat deras.

Dia mencoba menelpon si pengusaha itu, dan pengusaha itu bilang dengan sangat ringan,
“ Besok ya. Aku sekarang lagi ke Singapura. Maaf soalnya pemberitahuan baru setengah jam tadi. Aku ada rapat di sana.”

Bisakah Anda bayangkan perasaan si karyawan di atas ?


5.     Sulit Membayar Hutang

Anda jangan salah paham dulu. Yang saya maksud bukan si penghutang bukan belum sanggup membayar hutang sedangkan dia sudah berusaha sekuat tenaga. Maksud bukan seperti itu. Saya tidak pernah meremehkan usaha orang sekecil apa pun itu.

Teman saya dulu waktu Aliyah dulu bilang,” Membayar hutang lebih sulit dari memasukkan unta ke lubang jarum.

Kita sangat digoda untuk mengkhianati orang yang menghutangi kita biasanya disebabkan sosok si piutang itu. Apalagi misalnya dia pergi jauh dan tidak lagi bertemu kita. Sedang kita masih mampu melunasinya. Lembaran demi lembaran di tangan mungkin lebih kita sukai.

“ Bego banget gue bayar. Kan dia sudah pergi jauh. Apalagi orangnya kalem, bisa dibully dengan seenaknya. Uang ini bisa kugunakan untuk apa saja. Sedang jika bayar utang, waduh pergi ngilang. Jadi eman eman.”

Beda lagi dengan Bank. Semakin menunda Anda bayar cicilan, maka semakin tinggi nilai bunga, yang mana semakin mencekik Anda. Tidak mungkin ada orang yang santai santai dengan hutang Bank.

Untuk itu, salah satu solusi sekali lagi adalah ingat akhirat. Bahwa hutang itu bisa menjadi penghalang kita dibukakan pintu surga. Dengan begitu, perasaan kita untuk semakin memuncak dan akan sangat jauh lebih takut di banding sekadar utang Bank. Yakin pasti Yakin lebih takut. 

Nalis

No comments:

Post a Comment