Sunday, December 28, 2014

Beda Tuhan Dengan Manusia




Yang saya bahas sekarang perbedaan penyikapan, bukan dari sisi status yang mana Tuhan sebagai sesembahan dan manusia sebagai hamba.
 
1.     Tuhan Menilai Usaha Manusia. Sedang Manusia Menilai Apa Yang Dilihatnya Dari Usaha Manusia.

Suatu hari, seorang penjaga masjid sedang membersihkan lantai masjid. Dia menyapu penuh semangat. Karena masjid besar dan hanya dia seorang diri yang membersihkan masjid itu, dia pun merasakan letih hebat. Dia berhenti sejenak dan meninggalkan sisa sisa debu di pinggiran. Dia membersihkannya cukup lama dan saatnya untuk meneguk minuman pelepas dahaga. 

Dia sejenak keluar untuk membeli minuman. Dia pun meninggalkan masjid sejenak. Tidak berselang lama, dua orang berjalan menuju masjid. Dan kebetulan pula, mereka berdua melihat penjaga itu keluar bersama sepeda.


Mereka berdua melihat kondisi masjid. 98% bersih tapi masih sisa sedikit debu. Mereka pun berkata,
“ Becus gak sih dia ! Lihat, masih kotor kok ditinggalin. Gak becus tuh orang !”
“ Matanya picik kali !”
Benar saja, mereka murka pada apa yang dilihatnya.

Penyikapan Tuhan bukan seperti itu. Yang dilakukan penjaga semuanya dihitung. Semuanya bernilai oleh Tuhan. Maka tiada kerugian pada diri penjaga itu karena dia melakukan amal sholeh dari jerih payahnya.

2.     Tuhan Memuliakan Budak. Manusia Merendahkan Budak

Siapakah manusia ? Makhluk hebat dan sejajar dengan pencipta ? Atau bahkan anak Tuhan ?
Sangat tidak. Manusia tidak lebih dari hamba. Kalau saya boleh lebih kasar lagi, manusia adalah budak.

Lalu apa definisi budak ? Budak adalah hamba sahaya yang disuruh disuruh oleh majikannya tanpa dibayar. Diperlakukan seolah hewan. Kalau salah sedikit, dibentak bentak, dimarah marahi, dikucilkan, dan diperlakukan dengan seenaknya. Karena budak ibarat harta benda, sesuka hati bisa diperlakukan oleh pemiliknya. Mau membuangnya atau menyimpannya, semua terserah majikan.

Betapa manusia merendahkan budak. Tapi tidak dengan budak bernama manusia di mata Tuhan. Manusia adalah budak yang dimuliakan, budak yang dihormati. Jikalau manusia membangkang, tidak serta merta Tuhan murka. Karena Tuhan maha pengasih. Jikalau manusia sekali pun kufur, Tuhan masih memberi rezeki untuk mereka. Bandingkan perlakukan manusia dengan budak miliknya. Maka jelas, Tuhan maha pengasih dan penyayang.

3.     Tuhan Mencintai Hamba Yang Kembali Sekali pun Melampaui Batas. Sedang Manusia Membenci Orang Yang Menyakitinya.

Bayangkan, seorang murid yang Anda ajar dengan susah payah bertahun tahun. Bukan hanya itu, Anda juga telah membantunya dengan mengeluarkan banyak uang dan tenaga dan waktu. Ketika dia sudah menjadi berilmu, dia bukan membanggakan Anda, malah dia malah membangkang perintah Anda. Bukan hanya itu, dia berbalik memusuhi Anda. Dia mencemarkan nama baik Anda ke seluruh penjuru dunia. Dia berbalik menjadi orang yang sampai mati pun akan terus membuat Anda jatuh, dimana pun Anda berpijak, dia terus mengintai. Dan sekali Anda naik, maka dia siap menghancurkan tangga Anda untuk Anda cepat jatuh.

Bayangkan perasaan Anda. Lalu dia datang meminta maaf. Masihkah Anda memaafkan ? Kalau ya, Anda belum bisa merasakan penderitaan dalam kisah nyata. Tidak mungkin, kecuali Anda meminta ganti rugi atas kerugian yang Anda alami atas ulahnya yang sangat lama, dan semua menindas Anda.

Beda dengan Tuhan. Betapa membangkang dan menggunung dosa manusia. Ketika manusia itu kembali, Tuhan amat sangat mencintainya. Dan Tuhan sangat bergembira melebihi gembira seorang musafir yang kehilangan untanya di padang pasir yang mana tiada apa pun di sana kecuali dirinya. Musafir itu kehilangan harapan dan putus asa. Seketika unta datang menghampirinya. Alangkah gembiranya sang musafir. Dan Tuhan lebih gembira melihat seorang hamba bertaubat melebihi gembira seorang musafir yang kehilangan ontanya.

4.     Tuhan Selalu Melebihkan. Manusia Selalu Mengurangkan.

Pernahkah Anda membalas balas budi orang yang menolong Anda dengan pemberian tidak wajar ?
Jawabannya pasti tidak pernah.
Semisal orang menolong Anda ketika terjatuh dari motor. Padahal kalau tidak ada dia, bisa jadi Anda merintih kesakitan. Lantas Anda pasti memberinya balas budi ?
Lalu apa yang Anda beri ?
Ya pasti sewajarnya. Lalu apa ?
Rumah ?
Mobil ?

Pasti sewajarnya. Apalagi kondisi Anda tertekan ekonomi. Tidak mungkin Anda memberinya lebih, makan saja sulit, rumah masih ngontrak.

Apalagi maaf misalnya orang yang sangat mencintai uang. Kalau ada THR, berapa dia beri pada karyawan karyawannya. Pasti sesuai standart sekali pun omzet Anda naik 3000%. Apalagi kalau turun ?

Sejatinya mereka punya anak istri yang harus dihidupi. Jika memang naik terus menerus, keluarlah dari batas kewajaran, naikkan gaji dan bonus mereka. Lalu imingi mereka bahwa omzet menurun sedang pendapatan mereka naik.
Mereka pasti bilang dengan tidak tega,
“ Hiks .. hiks .. alangkah tidak teganya saya menerima. Saya akan bekerja lebih giat lagi supaya untung terus mengalir.”

Tuhan maha kaya. Anda sedekah berapa pun. Maka janji Tuhan akan dibalas dengan berlipat berlipat. Dengan bersyukur atas nikmat Nya. Maka akan ditambah lagi nikmat Nya. Tuhan maha kaya.

5.     Tuhan Selalu Menanggung. Manusia Selalu Acuh Bahkan Melarikan Diri

Tuhan selalu bertanggungjawab dan menanggung. Dia menciptakan Manusia. Maka Tuhan menanggung semuanya, mulai tempat tinggal, fisik kecerdasaan, raga yang layak, dan tentu saja rezeki. Segala sesuatu yang ada di bumi merupakan kesempurnaan untuk manusia. Karena Dia menciptakan manusia untuk beribadah, maka dia memberi segala fasilitas supaya manusia itu nyaman dalam menjalankan tujuan yang hakiki yaitu beribadah.

Beda lagi dengan manusia, dia menyuruh orang, kadang acuh, masa bodoh, seolah “ bukan urusan saya.” Padahal jelas dialah yang menyuruh, otomatis dia harus menanggung segala fasilitas. Kalau pun disediakan, biasanya pikirannya hanya keuntungan melulu dan mengeluarkan banyak beaya. Padahal yang disuruh tidak kalah banyak juga nilai tanggungan, mulai dari asuransi kalau sewaktu waktu terjadi, dan hal lain yang memang wajib dipenuhi.

Intinya, Tuhan tidak main main menanggung begitu agungnya kehidupan manusia. Manusia kadang pelit dan kikir padahal jelas dia harus menanggung yang layak.


Nalis

No comments:

Post a Comment