Monday, December 8, 2014

Simpel Selalu Ada



Ragu itu sebuah perasaan yang mana diri kita terombang ambing dalam memutuskan sesuatu. Hal itu bisa membuat diri bingung, bahkan tidak mengambil keputusan atau istilahnya tidak move on. Setiap kita pernah mengalami keraguan. Ragu untuk cepat bertindak. Ragu jikalau nanti takut gagal. Ragu jikalau nanti banyak orang mencacinya, menghinanya,bahkan memusuhinya. 

Manusia penuh ketakutan memang tidak baik. Karena dia membayangkan sesuatu yang belum terjadi. Dia takut memulai usaha misalnya, karena takut gagal, takut rugi, takut jikalau dihina. Padahal hal itu menjadi sebuah keputusan tidak adil.

Mengapa ?


Tidak adil. Jelas. Karena semua berpeluang gagal. Semua berpeluang berhasil. Semua berpeluang bangkrut. Tapi karena dia mengenyampingkan kenikmatan ketika gagal, lalu dia sama sekali mendiskriminasikan kemungkinan berhasi. Mc Donall walaupun perusahaan raksasa di dunia dan hampir di seluruh pelosok ada. Tapi mc donall pun pernah merugi dan bahkan harus menutup salah satu cabangnya disebabkan merugi terus menerus. Tapi mc donall juga membayangkan kenikmatan ketika berhasil. Karena semua mungkin terjadi. Semua mungkin gagal dan berhasil. Jangan hanya menaruh harapan gagal 100% dengan tidak mengindahkan kenyamanan ketika Anda berhasil.
Sewaktu saya belajar di ponpes Kudus, saya selalu berkeliaran di malam jum’at. Dulu memang diperbolehkan keluar seminggu sekali untuk menghirup napas dalam dalam. Dan sebagian Anda mungkin tahu tabiat saya yang suka jalan sendiri. Karena itu memang sifat saya dari kecil. Saya keluyuran berjalan menuju menara Kudus. Dan tahukah Anda apa saja yang saya lewati, apakah keramaian ? Apakah daerah banyak orang di jalan raya ?

Tidak.

Daerah yang saya lalui adalah sebuah perkebunan tebu sangat panjang membentang luas. Dan kalau tebu itu pada puncak tinggi, maka aura semakin mencekam. Selain itu juga ada gudang tembakau yang katanya berpenghuni. Tapi sebelum tau itu, saya tetap saja jalan seperti orang biasa.

Sehingga berbulan bulan, saya dengar di tengah perkebunan itu, tepat pinggir jalan kecil ada kuburan milik pemilik tebu itu. Dan memang sengaja tidak diberi batu nisan. Bukan hanya itu, beberapa teman bahkan sering katanya melihat makhluk menampak diri.
Sejak saat itu saya tidak berani lagi melewati jalan itu sendirian. Kalau pun berani, maka saya harus pakai sepeda. Otak saya sudah dicuci ketakutan ketakutan yang menjalar deras dari desas desus yang berkembang.

“ Eh .. katanya di sini ada itu .. di situ ada ini .. hihhh .. seremm.”

Mengapa saya tulis kisah saya itu ?
Sejatinya ketakutan demi ketakutan itu tercipta dari diri kita sendiri. Kita lah yang membuat sendiri ketakutan itu. Bukan orang lain.Orang lain hanya mempengaruhi tapi kitalah yang memutuskan. Bahkan langit tidak sedikit pun berkata demikian “Jangan jalan di area perkuburan, nanti diganggu.”

Tidak ada seperti itu. Bahkan kita haram takut pada selain Tuhan. Artinya, tidak ada aturan tapi diri kitalah yang mengatur kita dan lebih memilukan dalam bentuk pelemahan diri.

Katakan SIMPEL, Titik !

Daripada buka usaha takut gagal dan berbuah tidak move on dan pasti gagal 100%, lebih baik buka tanpa mikir. Buka dulu, baru mikir. Nanti kalau sepi,kan keren. Mengapa ? Soalnya gak mikir. Lihat betapa mengenaskan orang memulai usaha memikirkan omzet, modal, keuntungan. Eh, pada akhirnya tutup juga dagangannya. Udah sepi, mikir lagi ! Ngenes. Kan lebih enak tidak mikir, bukanya sukses. Eh tutupnya juga sukses. Kan keren suksesnya dua kali !

Ibarat Anda masuk ke kamar mandi. Anda masuk dulu. Eh, ternyata sabun tidak ada di dalam. Simpel, keluar lagi lalu ambil. Daripada Anda menunggu kamar mandi terbuka di depan sambil mikir.

“ Sabun ada gak ya di dalam ? Shampo ada gak ya di dalam ?”
Apa yang terjadi ?
Anda tidak bakal masuk ke situ karena mikir terus.
Saya Contohkan Lebih Ekstrim
Ketika Anda jalan di kegelapan malam, tiba tiba Anda mendapati bungkusan. Jangan lama pikir, “ Eh, ini kue apa tai ya ?”
Kelaman mikir Anda bolak balik berputar mengelilingi bungkusan itu. Apa yang terjadi ?
Ya, Anda tidak akan pernah tau isi bungkusan itu.
Lalu apa yang harus dilakukan ?
Ambil, setelah diambil lalu dibuka, eh ternyata isinya tai. Buang ! Selesai. Simpel dan tidak perlu mikir keras. Kue tinggal dimakan. Tai tinggal dibuang.
Gunakan pola pikir simple dalam kehidupan sehari hari. Misal sakit. Anda biarkan saja,” Ah, paling besok sembuh.”
Maka besok Anda sembuh.
75% kesembuhan dari keyakinan kita untuk sembuh. Lebih ekstrim lagi di atas 75% itu yaitu keyakinan simple bahwa sakit hanya angin lewat.
Keyakinan ada pada diri.

Nalis

No comments:

Post a Comment