Novel Ayat Ayat Cinta merupakan
novel terlaris untuk kategori local, dan merupakan novel terlaris di Indonesia
di bawah harry potter ( terjemahan ke Indonesia ). Beberapa tahun kemudian,
muncul laskar pelangi menggeberak dunia perbukuan nusantara. Laskar pelangi hampir
mengungguli Ayat Ayat Cinta.
Perlombaan untuk menjaring novel
berkualitas pun dilakukan oleh penerbit bergengsi. Dan diperoleh banyak novel
berkualitas dari berkualitas. Karena penilai atau juri dari lomba itu tidak
main main, paham betul sastra dan tata Bahasa.
Mulai lomba dewan kesenian yang
heboh, lomba gramedia, semua memperoleh beberapa karya berkualitas dari terbaik
karena disaring melalui juri juri terbaik dari juri juri yang ada di nusantara
ini. Tapi apa yang terjadi kemudian ? Nasib karya karya berkualitas dari
pilihan jutaan itu ?
Tidak sedikit karya itu hanya
membebani penerbit. Karena jumlah penjualannya yang sangat minim. Berkualitas karya
itu tidak langsung serta merta laku di pasaran. Bahkan membebani penerbit
karena mengeluarkan semua beban untuk mempublikasikannya.
Mengapa begitu ? Sebelum itu,
izinkan saya sedikit berbelok tapi masih mengarah ke materi.
Menang Itu Mudah
Waktu saya masih duduk di bangku
sekolah dasar, sekolah mengutus diri saya untuk mengikuti lomba lukis tingkat
kecamatan. Dan dari kecamatan itu ada ratusan desa yang memiliki banyak
sekolah. Saya pun mengikuti lomba lukis. Dan apa yang terjadi ?
Saya mendapat peringkat 2. Secara
ajaib, saya dipuji puji oleh banyak orang. Saya diberi hadiah oleh guru guru
saya. Orang bilang hal itu menjadi suatu prestasi dahsyat.
Lantas apa kesusahan mendapat
peringkat itu ?
Tidak.
Karena saingan saya hanya 11 anak.
Jadi yang ikut lomba lukis itu hanya 12 anak. Bayangkan, ratusan sekolah se
kecamatan hanya 12 anak yang ikut lomba. Artinya, peringkat 2 logikanya saya tidak pernah mengalahkan ratusan siswa se kecamatan. Tapi orang bilang saya juara 2 tingkat kecamatan. Hal itu memang
nyata dan tidak bohong. Oleh karena itu, menang itu mudah karena saingannya
sedikit. Dalam perlombaan apa pun, ada gairah kurang dari pola pikir orang
jikalau ada unsur ketidaknikmatan di sana.
Apalagi misalnya begini,
“ Walah, hadiahnya kok gitu.”
“ Halah, apa an tuh, bikin capek
aja.”
Maka ambil kesempatan itu, yang
artinya Anda paling rajin dan antusias. Maka secara mengejutkan, Anda lah
selangkah lebih maju dari mereka.
Saya contohkan yang lain.
Taufik Hidayat menjadi pemain
terbaik dunia bulutangkis di masanya. Yang jadi pertanyaan, apakah dia
mengalahkan seluruh masyarakat dunia sehingga disebut pemain bulutangkis
terbaik dunia ?
Tidak, dia belum pernah mengalahkan
saya dalam badminton. Dia belum pernah mengalahkan Anda dalam badminton. Dia
hanya bermain 6 kali dengan 6 orang. Lalu menang terus dan disebut sebagai
pemain terbaik dunia bulutangkis. Sekali lagi, menang itu mudah karena
saingannya sedikit. Jika kita mengambil, maka kita selangkah kita lebih maju.
Komunikasi Kunci Kesuksesan
Pada masanya dunia pernovelan seolah
disi penyakit yaitu kurang gairah terutama novel Islam. Novel novel Islam
kurang bergairah, menumpuk, tidak ada sesuatu hal baru, seolah tidur sangat
panjang hingga ada yang membangunkannya.
Maka Kang Abik muncul dengan AAC
dengan tema yang beda dari yang lain, dan inilah yang selama ini dirindukan,
menjadi suatu gebrakan baru gairah novel Islam. Dia menkomunikasikan karya
melalui kenalan yang benar benar tau publikasi. Dia kenal penerbit terkenal,
kemudian menawarkan karya untuk dibuat cerbung terlebih dahulu. Saat itu
antusias pembaca koran meledak dari cerbung. Sehingga dibukukan novel, orang
benar benar mengenal AAC. Hal itu semacam komunikasi dahsyat di luar konten
novel yang memang bagus. Tapi bagus pun percuma, jikalau komunikasi nol.
Sama halnya laskar pelangi, kondisi
waktu itu dunia perbukuan haus akan karya menyajikan nurani demi nurani. Karena
yang beredar saat itu dikuasi oleh novel remaja, teenlit, novel gaul lainnya. Maka
pembaca haus akan seluk beluk yang selama ini tertanam di jiwa. Maka laskar
pelangi muncul menjadi pelepas rindu mereka sebagai karya penyentuh jiwa.
Nah, yang jadi pertanyaan, andai AAC
dilombakan perlombaan islam yang diikuti jutaan novel islam, lantas menangkah ?
Begitu pula laskar pelangi diikutkan dalam perlombaan novel inspiratif yang
diikuti jutaan novel inspiratif ?
Belum tentu.
Terkadang kita bila diminta untuk
diteliti, diminta menulis, kita respon
“ Bego tuh, gue kan bisa bohong.”
Tapi saudara, penelitian memang
berpengaruh dahsyat.
Kembali ke topic
Era berubah. Era dulu kualitas
segalanya. Sekarang berubah, komunikasi segalanya. Ada banyak roti lebih enak
dari mc donall, tapi mc donall selalu terdepan. Ada banyak ustadz bergelar dan
jauh lebih religious, tapi beberapa ustadz yang sering muncul di layar kaca
selalu didepan ketika menyangkut jumlah kehadiran jamaah. Ada banyak novel
lebih berkualitas dari judul yang saya sebutkan di atas, tapi beberapa itu
selalu terdepan. Ada banyak lagu lebih baik dari sekedar lagu yang liriknya di
ulang ulang, tapi lagu almarhum surip selalu laris di masanya meskipun di ulang
ulang liriknya.
Eksis tidaklah keliru. Yang keliru,
cara menyampaikan ketika hal itu terkait hal negative. Semisal hanya gara gara
ingin eksis, artis sampai tega bercerai. Adakah ? Cek saja. Karyawan membuat
keburukan untuk menyisihkan keryawan lain demi eksis. Atau pengusaha membuat
berita fitnah supaya saingannya dimusuhi pelanggannya.
Carilah cara yang menyejukkan jiwa
agar diri kita tetap eksis. Salah satunya adalah komunikasi yang positif.
Nalis
No comments:
Post a Comment