Ragu itu sebuah perasaan yang mana
diri kita terombang ambing dalam memutuskan sesuatu. Hal itu bisa membuat diri
bingung, bahkan tidak mengambil keputusan atau istilahnya tidak move on. Setiap
kita pernah mengalami keraguan. Ragu untuk cepat bertindak. Ragu jikalau nanti
takut gagal. Ragu jikalau nanti banyak orang mencacinya, menghinanya,bahkan
memusuhinya.
Manusia penuh ketakutan memang tidak
baik. Karena dia membayangkan sesuatu yang belum terjadi. Dia takut memulai
usaha misalnya, karena takut gagal, takut rugi, takut jikalau dihina. Padahal
hal itu menjadi sebuah keputusan tidak adil.
Mengapa ?
Tidak adil. Jelas. Karena semua
berpeluang gagal. Semua berpeluang berhasil. Semua berpeluang bangkrut. Tapi
karena dia mengenyampingkan kenikmatan ketika gagal, lalu dia sama sekali
mendiskriminasikan kemungkinan berhasi. Mc Donall walaupun perusahaan raksasa
di dunia dan hampir di seluruh pelosok ada. Tapi mc donall pun pernah merugi
dan bahkan harus menutup salah satu cabangnya disebabkan merugi terus menerus.
Tapi mc donall juga membayangkan kenikmatan ketika berhasil. Karena semua
mungkin terjadi. Semua mungkin gagal dan berhasil. Jangan hanya menaruh harapan
gagal 100% dengan tidak mengindahkan kenyamanan ketika Anda berhasil.
Sewaktu saya belajar di ponpes
Kudus, saya selalu berkeliaran di malam jum’at. Dulu memang diperbolehkan
keluar seminggu sekali untuk menghirup napas dalam dalam. Dan sebagian Anda
mungkin tahu tabiat saya yang suka jalan sendiri. Karena itu memang sifat saya
dari kecil. Saya keluyuran berjalan menuju menara Kudus. Dan tahukah Anda apa
saja yang saya lewati, apakah keramaian ? Apakah daerah banyak orang di jalan
raya ?
Tidak.
Daerah yang saya lalui adalah sebuah
perkebunan tebu sangat panjang membentang luas. Dan kalau tebu itu pada puncak
tinggi, maka aura semakin mencekam. Selain itu juga ada gudang tembakau yang
katanya berpenghuni. Tapi sebelum tau itu, saya tetap saja jalan seperti orang
biasa.
Sehingga berbulan bulan, saya dengar
di tengah perkebunan itu, tepat pinggir jalan kecil ada kuburan milik pemilik
tebu itu. Dan memang sengaja tidak diberi batu nisan. Bukan hanya itu, beberapa
teman bahkan sering katanya melihat makhluk menampak diri.
Sejak saat itu saya tidak berani
lagi melewati jalan itu sendirian. Kalau pun berani, maka saya harus pakai
sepeda. Otak saya sudah dicuci ketakutan ketakutan yang menjalar deras dari
desas desus yang berkembang.
“ Eh .. katanya di sini ada itu ..
di situ ada ini .. hihhh .. seremm.”
Mengapa saya tulis kisah saya itu ?
Sejatinya ketakutan demi ketakutan
itu tercipta dari diri kita sendiri. Kita lah yang membuat sendiri ketakutan
itu. Bukan orang lain.Orang lain hanya mempengaruhi tapi kitalah yang
memutuskan. Bahkan langit tidak sedikit pun berkata demikian “Jangan jalan di
area perkuburan, nanti diganggu.”
Tidak ada seperti itu. Bahkan kita
haram takut pada selain Tuhan. Artinya, tidak ada aturan tapi diri kitalah yang
mengatur kita dan lebih memilukan dalam bentuk pelemahan diri.
Katakan SIMPEL, Titik !
Daripada buka usaha takut gagal dan
berbuah tidak move on dan pasti gagal 100%, lebih baik buka tanpa mikir. Buka
dulu, baru mikir. Nanti kalau sepi,kan keren. Mengapa ? Soalnya gak mikir.
Lihat betapa mengenaskan orang memulai usaha memikirkan omzet, modal, keuntungan.
Eh, pada akhirnya tutup juga dagangannya. Udah sepi, mikir lagi ! Ngenes. Kan
lebih enak tidak mikir, bukanya sukses. Eh tutupnya juga sukses. Kan keren
suksesnya dua kali !
Ibarat Anda masuk ke kamar mandi.
Anda masuk dulu. Eh, ternyata sabun tidak ada di dalam. Simpel, keluar lagi
lalu ambil. Daripada Anda menunggu kamar mandi terbuka di depan sambil mikir.
“ Sabun ada gak ya di dalam ? Shampo
ada gak ya di dalam ?”
Apa yang terjadi ?
Anda tidak bakal masuk ke situ
karena mikir terus.
Saya Contohkan Lebih Ekstrim
Ketika Anda jalan di kegelapan
malam, tiba tiba Anda mendapati bungkusan. Jangan lama pikir, “ Eh, ini kue apa
tai ya ?”
Kelaman mikir Anda bolak balik
berputar mengelilingi bungkusan itu. Apa yang terjadi ?
Ya, Anda tidak akan pernah tau isi
bungkusan itu.
Lalu apa yang harus dilakukan ?
Ambil, setelah diambil lalu dibuka,
eh ternyata isinya tai. Buang ! Selesai. Simpel dan tidak perlu mikir keras.
Kue tinggal dimakan. Tai tinggal dibuang.
Gunakan pola pikir simple dalam kehidupan
sehari hari. Misal sakit. Anda biarkan saja,” Ah, paling besok sembuh.”
Maka besok Anda sembuh.
75% kesembuhan dari keyakinan kita
untuk sembuh. Lebih ekstrim lagi di atas 75% itu yaitu keyakinan simple bahwa
sakit hanya angin lewat.
Keyakinan ada pada diri.
Nalis
No comments:
Post a Comment