Suatu hari anggaplah seorang
berinisial A sedang membantu orang orang, membantu membangun masjid, menyantuni
anak yatim. Dia sangat kaya dan pergi haji berkali kali. Suatu hari, dalam
sebuah acara ceramah di masjid bangunan, dia memberi sumbangan untuk banyak
orang. Dalam sesi terakhir, sang pembawa acara mengucapkan segala terima kasih.
“ Alhamdulillah, hari menjelang idul
adha, kita mendapat bantuan begitu banyak ekor sapi an kami dari seseorang di
antara kita. Beliau bernama A.”
Seketika raut wajah si A menunjukkan
kemarahan. Setelah selesai acara selesai, dia mendatangi si pembawa acara. Dia
marah besar pada pembawa acara itu,
“ Kamu ini gimana sih ! Kamu kira
aku orang biasa ! Aku sudah haji berkali kali ! Kamu kok tidak bilang pada
mereka dengan panggilan haji ! Jangan jangan kamu masih amatir ! Dasar bocah !”
Akhirnya si pembawa acara meminta
maaf sebesar besarnya.
Panggilan kebanggan atau gelar atau
semacamnya adalah kalimat atau kata pendek yang mengiri nama, yang mana bisa
menaikkan rasa kebanggaan pada diri. Karena menurut sebagian dari mereka, hal
itu tidak bisa diraih oleh semua orang. Itu pun meraihnya harus susah payah,
penuh tenaga, bahkan mengorbankan waktu dan beaya yang super mahal.
Saya bagi menjadi kategori kebanggaan
kata pengiring nama :
Dari sisi pendidikan : Profesor, Doktor, Dokter, Atau belakang nama
seperti Spd Mpd dan lainnya.
Dari sisi religi : Haji, Kyai, Ustadz, dan lain lain.
Dari sisi strata sosial : Pak Rt,
Pak Lurah, sampai ujungnya Pak presiden.
Jangan Berkecil Hati, Karena
Kontribusimu itulah Nilaimu
Jangan berkecil hati jikalau mereka
memanggilmu ustadz gadungan, ustadz photocopy, mendadak ustadz. Jangan berkecil
hati jikalau mereka memanggilmu sarjana gagal, sarjana palsu, sarjana jual
beli, dan lain lain. Karena sesungguhnya kontribusi itulah nilai kita. Akhirat,
kita akan membuang semua embel embel itu, tapi kita akan membawa apa yang kita
lakukan.
Rasul Pun Dihina
Siapakah Nabi Muhammad ?
Dia adalah Rasul Allah. Bukan hanya
itu, dia juga manusia terbaik sejagad. Bukan hanya manusia terbaik sejagad,
bahkan makhluk terbaik. Bukan hanya itu, Allah pun memuji akhlak beliau yang
termaktub dalam kitab suci.
Nabi Muhammad pernah dihina dan
dibilang penyihir, dukun, penyair, tukang bohong dan tipu. Bayangkan seorang
manusia terbaik dibilang seperti itu. Sungguh betapa menyakitkan jiwa sang raja
mengetahui kekasihnya dihina seperti itu. Kalau bukan Allah Maha Penyayang,
sudah pasti penghina itu langsung binasa.
Hikmah
Sejatinya kata pengiring nama itu
tidak usah dilebih lebihkan, karena mungkin membuahkan kesombongan, yang mana
merugikan dirinya. Sebaliknya ketika kata pengiring itu menguatkan, maka wajib
kita memakainya. Saya contohkan faktanya,
Ustadz Yusuf Manshur, AA Gym, Ustadz
Arifin Ilham merupakan dai terkenal tanpa gelar. Tapi berapa persen sih yang
bisa begitu di antara milyaran orang. Bahkan mungkin hanya beberapa di antara
mereka saja tanpa ada yang lain.
Untuk itu, untuk bisa menggaet
banyak jama’ah, harus ada pengiring nama untuk diri kita. Karena mereka
melihatnya penuh keyakinan bahwa kita memang bisa membahas itu.
Misalkan saya belum bergelar lalu ingin
menggundang banyak jamaah. Orang bilang,
“ Nalis siapa ya. Kok nyampain
materi Islam yang perlu pemahaman khusus.”
“ Walah, anak baru lulus kali. Udah
pergi, masih amatir.”
Beda lagi misal saya bergelar professor.
“ Subhanallah, yang mengisi acara
materi ini udah tamat S3 sepuluh kali. Udah gitu lulusan Al Azhar, Quwait,
Bahrain, Madinah. Lihat aja pangkatnya Prof. Dr. A .. MSP Mpd Spd Lc Ssi.”
Maka gunakan gelar untuk kebaikan.
No comments:
Post a Comment