Pada kesempatan kali ini, saya akan
menulis sedikit kisah inspiratif Abu Rizal Backrie atau akrab disapa Bang Ical.
Beliau merupakan salah satu orang terkaya di negeri ini bahkan Asia Tenggara,
bahkan pernah dinobatkan sebagai orang paling kaya se Asia Tenggara versi suatu
majalah bisnis. Banyak orang menyukai sosok beliau. Tidak sedikit juga orang
kurang berlapang dada dengan segala kemudahan hidup yang Bang Ical miliki.
Apakah Bang Ical semudah itu meraih
kesuksesan seperti sekarang ini, yang mana perusahaannya raksasa dan beromzet
milyaran dengan jumlah karyawan luar biasa banyaknya. Benar Bang Ical keturunan
konglomerat. Tapi apakah Anda tahu kisah dibalik itu, Bang Ical pernah memiliki
penderitaan yang mungkin belum kita rasakan. Tidak main main, penderitaan
langsung menancap ke psikis kejiwaan. Sehingga kalau bukan beliau orang yang
tangguh, maka depresi berujung mengakhiri hidup bisa jadi terjadi.
Kisah Semasa Remaja
Orang tua Bang Ical sangat kaya
raya. Dia memasukkan Bang Ical ke sebuah lembaga pendidikan jauh dari rumahnya.
Tidak main main, orang tuanya tidak memberikan uang jajan kecuali sedikit. Uang
itu tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tapi sungguh orang tua
sangat serius menurutui kata hatinya.
Dalam kehidupan yang begitu sulit,
bang Ical mencoba menghemat sebisa mungkin uang saku pemberian bapaknya. Apa
mau dikata, karena terlalu sedikit habis juga. Dan dia tidak punya uang lagi
sedangkan bapaknya yang berada jauh di sana tetap keras kepala tidak ingin
memberikannya uang saku.
“ Aku berikan ini silakan gunakan
apa saja, terserah kamu.”
Kata bapaknya sudah menancap di
kepala. Dia takut membangkang perintah bapaknya. Dia cari segala macam jurus untuk
bisa bertahan hidup. Hutang temannya tidak mungkin. Karena bagaimana dia bisa
membayar hutang sedang bapaknya ngotot tidak memberi uang. Malah bisa jadi
sengketa dengan temannya. Menangis pun tidak bisa memecahkan masalah. Dia
kehabisan akal sehingga muncul keterdesakan. Dan keterdesakan itulah raksasa
yang sedang bangun.
Dia berjualan barang orang lain,
sedang bagi hasil didapat dan uangnya kemudian digunakan untuk menjual makanan.
Dia jajakan ke semua orang, teman atau pun lainnya. Dia setidaknya bisa makan
walaupun sedikit dengan hasil itu. Dia terus menjual, tapi akhirnya tidak
sukses juga.
Setelah sekian lama, akhirnya jatah
pulang tiba. Bang Ical pulang ke rumah tertunduk lesu, sambil berharap bapaknya
memberikannya uang saku. Sampai di rumah, dia menunduk. Sang bapaknya
tersenyum. Saat tahu sang anak berjualan apa pun demi untuk kelangsungan hidup,
bapaknya tersenyum lebar sambil berkata,
“ Bagus .. Bagus .. “
Bapaknya kemudian memberikan uang
saku. Tujuannya bapaknya sebenarnya adalah menanamkan jiwa entrepeuner pada
diri anaknya, yang mana harus dilalui dengan keringat tinggi dan dilatih mulai
sedini mungkin. Bapaknya memang mengira tidak mungkin anaknya dalam
keterdesakan melakukan tindak kriminal karena sejak dini pembinaan agama pada
anaknya sangat baik.
SAYA PERNAH LEBIH MISKIN DARI
PENGEMIS ( Bang Ical )
Pengemis disebut orang termiskin dan
terlemah karena selain tidak punya uang, dia juga tidak bekerja, dan hanya
meminta minta dengan harus dikasihani. Itulah pengemis. Tapi apa jadinya
konglomerat di negeri ini itu berkata,” Saya pernah lebih miskin dari pengemis.”
Maka seketika kita pasti kaget. Tapi
pengalaman itu sungguh pernah terjadi. Bang Ical pernah mengalami fase fase
penderitaan yang luar biasa yang bisa membuat sedih berkepanjangan. Tapi dengan
jiwa ksatria, dia bisa mengarungi penuh keyakinan akan hari esok yang cerah.
Pada saat negeri ini mengalami
krisis moneter, hampir semua perusahaan mengalami kebangkrutan. Tidak
terkecuali perusahaan Bang Ical. Bukan hanya bangkrut, perusahaan miliknya itu
masih hutang 1 milyar dollar. 1 milyar dollar, bukan rupiah. Entah berapa
banyak lembaran yang ada di pikiran kita. Maka jika pengemis tidak punya
penderitaan psikis walaupun kekurangan. Nah, ini sudah jatuh lalu tertimpa
tangga lalu masuk selokan. Hutang yang begitu dahsyat !
Dengan jiwa entrepenuer yang
tertanam sejak kecil, Bang Ical sedikit demi sedikit bisa mengatasi dan
akhirnya terlunasi. Dan sekarang beliau menjadi milyader negeri ini yang
berkontibusi untuk bangsa dengan membuka luas seluas mungkin lapangan pekerjaan
bagi putra putri bangsa, baik berpendidikan rendah maupun tinggi, bahkan tidak
berpendidikan.
Nalis
No comments:
Post a Comment