Sejatinya perasaan masing masing itu
diisi semacam “ penawaran diri “. Secara psikologi, hal itu bersifat alami.
Bahwa hal itu menjadi esensi dari hubungan social, yang mana manusia termasuk
makhluk social. Dalam menjalin hubungan, sebisa mungkin diri mereka ada ( eksis
) di sisi pergaulan. Untuk itu otak menjadi sumber imajinasi berbagai cara
supaya diri raga itu “ laku” di mata sosial mereka.
Apalagi usia usia matang menjelang
dewasa. Pikiran mereka cenderung memberitahukan kepada dunia bahwa mereka ada,
mereka mengikuti arus, mereka berhasil mengimbangi pergantian demi pergantian
selera, walaupun itu membuang banyak uang dan tenaga. Intinya, setiap manusia
ada rasa “ penawaran diri “ bahwa mereka layak, mereka lebih baik, dan mereka “
laku” di pasaran.
Sekarang saya Tanya untuk apa Anda
membuat akun facebook ? Sebagian menjawab untuk memperbanyak teman, bahkan
sebagian lain ingin berdakwah. Oke, saya terima. Tapi apakah Anda menolak
kalimat ini, bahwa dalam batin Anda yang paling dalam, sesungguhnya ada semacam
rasa “ penawaran diri “ Anda.
Takut dianggap tidak gaul. Takut
ketinggalan zaman oleh diri bahkan orang lain. Takut segala macam ketakutan yang
sesungguhnya dibuat oleh diri Anda. Penawaran diri ini tidak mungkin berlantun
dari ucapan orang, pada 100% jiwa orang itu meyakini. Ingat, mulut memang bisa
bohong, tapi hati tidak bisa. Jadi di akhirat nanti yang diadili itu mulut,
tidak hati. Karena hati itu jujur, dan tidak perlu diadili.
Materi Islam dalam pandangan
kebanyakan murid menjadi semacam sepele, bahkan bagi pengajar dan kepala
pendidikan. Dan menganggap materi hitung maupun alam dan social menjadi bahan
utama. Hal itu terjadi seperti yang saya jelaskan di atas. Tabiat “ penawaran
diri “ bahwa saya mengikuti orang orang karena mereka standart mengikuti
perkembangan zaman sudah mewabah. Lewat media maupun lembaga itu sendiri sudah
dicuci habis, bahwa hanyalah pandai dan cerdas selain agama membuat mereka “
eksis “ dan diakui oleh banyak orang.
Menjadi ahli mesin lebih disukai.
Sedang ahli agama itu urusan tidak standart di mata orang. Di lembaga pesantren
pun, sang murid kadang menyepelekan. Lembaga itu berusaha keras menang melawan
sekuler tanpa mengindahkan materi agama. Memang menang, akibatnya ketika orang
bicara,” bagaimana kualitas agama di pesantren itu ?” Dengan jujur orang pun
bilang,” Kurang bagus.” Maka seketika orang pun menolak. Hal itu disebabkan
karena lembaga keluar dari tabiat sebenarnya, dan memilih tabiat dari orang
lain yang sejatinya bukan tabiat diri, bahkan melemahkan jikalau tabiat hakiki
tidak diindahkan.
Jikalau Bumi Dan Segalanya Ini
Hancur, Tapi masih ada kalimat Allah tegak. Itu Lebih Baik Dari Kejayaan Bumi
Tanpa Kalimat Allah Di Dalamnya.
Apa maksudnya ?
Mungkin Ansa tercengang mendengar
sub judul di atas. Tapi saya sama sekali tidak berbohong. Andai bumi ini hancur
oleh bom, oleh bencana alam, oleh kesalahan manusia, tapi kalimat Allah masih
tegak, maka itu lebih baik dari pada bumi ini jaya tapi tidak berdiri kalimat Allah,
bahkan kesyirikan merajalela.
Apa maksud kalimat Allah ?
Masih ada ajaran langit tegak di
Bumi, Masih ditegakkan oleh orang orang beriman. Mereka masih mengumandangkan
takbir dan dakwah di tengah kemalangan maupun keceriaan.
Andai tekhnologi musnah, internet
musnah, dan ekonomi bangkrut, dan materi lain musnah bersama para ilmuwannya,
dan tersisa hamparan pasir saja di muka bumi ini, jika kalimat Allah masih
tegak, maka itu lebih baik.
Materi Islam Lebih Lama Dipelajari
Lebih sulit mana Bahasa Inggris atau
Bahasa Arab ?
Pasti semua menjawab Bahasa Arab.
Bagi orang cerdas yang menganggap keduanya mudah. Baik, saya setuju. Tapi
Bahasa Arab perlu waktu lebih lama untuk sepenuhnya menguasainya. Anda setuju ?
Bahasa Arab selain tahu makhraj,
juga tata Bahasa yang super lama dipelajari. Anda harus menelusuri dasar menuju
ke dalam dan ke dalam lagi untuk mampu. Maka, orang barat cenderung sangat lama
menguasai Bahasa Arab disbanding lainnya.
Untuk itu bidang khusus Islam perlu
kuliah khusus. Karena itu butuh waktu untuk menguasai Bahasa dulu. Dan itu
belum materi lainnya seperti Fiqih, Ushul Fiqih, dan materi lain yang pastinya
perlu Bahasa Arab untuk mempelajarinya.
Sedang materi lain, bukan saya meremehkan,
terkadang kita menemukan jurus jurus super kilat tanpa kita harus berbuat
banyak lama di bangku kuliah. Bukan saya menghina, tapi sebagian teman saya pun
begitu. Dia tidak perlu waktu lama untuk menjadi master di bidangnya.
Misal Anda ingin menjadi master
Internet, sekarang banyak seminar kilat menguasai internet tanpa Anda harus
susah payah kuliah sangat lama. Apakah kemampuannya sama ? Ya, bisa dibuktikan.
Cari seminar kilat, biasanya hanya satu sampai dua hari, Anda akan jago
internet bahkan reparasi computer. Tentunya juga Anda harus merogo kocek. Nah,
itu lebih baik daripada Anda harus mengorbankan waktu Anda sangat banyak.
Saya pribadi malah belajar dari
teman saya. Saya bisa mendesain dan merancang website dari teman saya. Dan
bahkan berpenghasilan lewat internet dari gratisan.
Ingin cepat jago Bahasa Inggris ?
Sekarang sudah banyak kursus
kredibel dan terpecaya. Bahkan secepat kilat Anda bisa jago Bahasa Inggris.
Lho Bukankah Yang Lama Akan Lebih
Sempurna Dibanding Cepat Kilat ?
Tidak juga
Orang bilang gitu karena belum tau
rahasianya. Anda Tanya saya perkalian antara 10-100, misal 87 x 27, maka
izinkan saya menggunakan tangan dan berpikir sepuluh detik saja, maka saya akan
tahu jawabannya.
Apakah saya cerdas berhitung ?
Tidak, karena saya tahu rahasianya.
Saya tahu trik berhitung menggunakan tangan. Begitu pula lembaga lembaga kursus
maupun seminar, mereka punya jurus kilat untuk jago bahkan master di bidangnya.
Yakin, Anda bisa master dari anak kuliahan. Bahkan jika mereka buat website
lama banget, Anda bisa membuatnya dalam 15 menit. Dengan syarat Anda tau
rahasianya.
Bahasa Arab ?
Sungguh butuh waktu dan kerja keras
untuk menjadi master di bidang Bahasa Arab.
Nalis
No comments:
Post a Comment