Sejatinya perasaan masing masing itu
diisi semacam “ penawaran diri “. Secara psikologi, hal itu bersifat alami.
Bahwa hal itu menjadi esensi dari hubungan social, yang mana manusia termasuk
makhluk social. Dalam menjalin hubungan, sebisa mungkin diri mereka ada ( eksis
) di sisi pergaulan. Untuk itu otak menjadi sumber imajinasi berbagai cara
supaya diri raga itu “ laku” di mata sosial mereka.
Apalagi usia usia matang menjelang
dewasa. Pikiran mereka cenderung memberitahukan kepada dunia bahwa mereka ada,
mereka mengikuti arus, mereka berhasil mengimbangi pergantian demi pergantian
selera, walaupun itu membuang banyak uang dan tenaga. Intinya, setiap manusia
ada rasa “ penawaran diri “ bahwa mereka layak, mereka lebih baik, dan mereka “
laku” di pasaran.
Sekarang saya Tanya untuk apa Anda
membuat akun facebook ? Sebagian menjawab untuk memperbanyak teman, bahkan
sebagian lain ingin berdakwah. Oke, saya terima. Tapi apakah Anda menolak
kalimat ini, bahwa dalam batin Anda yang paling dalam, sesungguhnya ada semacam
rasa “ penawaran diri “ Anda.
Takut dianggap tidak gaul. Takut
ketinggalan zaman oleh diri bahkan orang lain. Takut segala macam ketakutan yang
sesungguhnya dibuat oleh diri Anda. Penawaran diri ini tidak mungkin berlantun
dari ucapan orang, pada 100% jiwa orang itu meyakini. Ingat, mulut memang bisa
bohong, tapi hati tidak bisa. Jadi di akhirat nanti yang diadili itu mulut,
tidak hati. Karena hati itu jujur, dan tidak perlu diadili.