Otak manusia didesign mencari nikmat
dan menghindari sengsara. Jika sengsaranya sangat kuat, maka sudah pasti dia
tidak akan melakukan hal yang menyebabkan kesengsaraan kuat itu. Sebaliknya,
jika kenikmatannya sangat kuat, maka sudah pasti dia akan melakukan hal yang
menyebabkan kenikmatan kuat itu. Sebagai contoh, misalkan saya membuat
sayembara dengan membuat pengumuman.
Saya berkata,
“ Siapa saja yang sholat tahajud
satu malam ini, tidak tidur, langsung masuk ke masjid puncak gunung tertinggi
di sini ba’da isya, dan tidak ketinggalan satu rakaat pun dari imam, siapa saja
yang melakukannya di masjid ini dengan berjamaah dan full ikut sholat
berjamaah, maka saya akan memberi mereka uang tunai 100.000.000 rupiah tunai,
cash, tanpa dipungut pajak. Bukan hanya itu, bagi shaf pertama saya beri bonus
100 kg emas murni ditambah rumah senilai 1 milyar dan mobil anti peluru edisi
terbaru senilai 1 milyar. Semuanya cash dan bebas pajak ! “
Pertanyaan saya pada Anda,” Adakah
orang yang ikut ?”
Sudah pasti sangat banyak, bahkan
semua orang yang mendengar berita itu. Tidak peduli mereka dari pelosok jauh di
tempat terpencil sekali pun, maka mereka akan melakukan susah payah untuk
datang ke masjid. Bahkan mereka mempersiapkan diri dengan jalan kaki beberapa
hari sebelum waktunya, dengan harapan sampai di tempat dengan tepat waktu
karena rumah mereka sangat jauh dari posisi. Intinya, sudah pasti banyak orang
ikut.
Lho bukankah berat bagi orang jauh
untuk datang ke sana. Bukankah sangat melelahkan. Sangat beresiko. Sangat membuat
tubuh drop. Belum lagi mereka rebutan shaf pertama. Jalan saja bagi kurang
mampu sangat memberatkan, apalagi menempuh jarak sangat jauh.
Mengapa sampai rela drop, bukankah
itu sengsara ?
Sekali lagi, otak hanya mencari
nikmat dan menghindari sengsara. Mereka melakukan hal itu karena kenikmatan
luar biasa ketika mereka melakukan hal itu dan berhasil. Maka kesengsaraan itu
buyar dikalahkan oleh akibat dari melakukan hal sengsara sedikit itu. Boleh jadi
disebabkan mereka sudah mengidamkan rumah mewah, mobil, dan uang melimpah.
Sesungguhnya hadiah yang ditawarkan
itu tiada sebanding dengan balasan dari Allah. Sangat tiada sebanding. Jikalau Anda
tau dan rasakan, balasan itu begitu dahsyat nantinya. Allah menyiapkan balasan
agung yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Lha kenapa kok tidak banyak yang
melakukan sholat tahajud ? Karena keyakinan/iman mereka belum sepenuhnya kuat. Hal
inilah yang mendasari malas orang melakukan ibadah apa pun itu, bahkan ibadah
wajib.
Mereka tentu memandang hadiah itu
melihat diri saya. Siapa saya ? Kok ujug ujug menawarkan hadiah sensasional
itu. Kalau mereka memandang saya seorang pembohong, orang miskin, penuh hutang.
Percayakah mereka ? Tentu tidak. Mana mungkin orang miskin berani membari
tawaran sesnsaional itu. Nah, beda lagi misal saya seorang bill gates yang
pernah menjadi orang terkaya di dunia dan dinilai bisa dipercaya oleh semua orang.
Lantas percayakah mereka ? Belum tentu juga. Misal mereka mengira saya membully
mereka, menyuruh tanpa pernah sesuai ucapan dan kenyataan. Belum tentu mereka
percaya. Tapi kalau mereka bilang,” Kalau kamu bohong, apa resiko buatmu ?”
Lalu saya bilang,” Gebuki saya sampai mati. Ambil seluruh harta saya. Buat perjanjian
yang mengikat, diketahui pihak pengadilan dan kepolisian, bahwa bila saya
melanggar semua harta saya boleh kalian ambil dan saya dalam keadaan mati.”
Percayakah mereka ?
Waw waw waw dahsyat !
Sekali lagi mereka percaya 100%
karena ada kenikmatan luar biasa di situ. Setidaknya jika saya berbohong, maka
mereka malah untung 10000000000%. Bukan hanya dapat 100 juta + rumah + mobil,
tapi juga seluruh harta saya jikalau saya berbohong.
Jika Unsur Sengsara Kuat, Maka
Mereka Akan Menghindar
Orang punya imajinasi kuat antara
kenyataan dan ketidakpastian. Maka ketika dia melakukan sesuatu, dia lihat ke
depan, unsur apa yang dominan, kenikmatan atau kesengsaraan. Jika sengsaranya
kuat, maka dia akan menghindari sengsara itu.
“ Kenapa saya jarang olahraga.” Kata
seseorang.
Dia juga berkata,” Olahraga itu
capek. Olahraga itu menyita waktu. Olahraga itu tidak dapat duit. Olahraga itu tidak
ada pengaruh, lha nyatanya sekarang.”
Lihat, unsur sengsaranya kuat sekali
ketika dia ingin berolahraga. Maka dia akan sulit berolahraga.
Bandingkan
“ Olahraga itu memang keharusan. Karena
itu membakar lemak, memompa tubuh. Bahkan semua dokter mengharuskan orang
seusia saya untuk berolahraga. Mereka orang berpendidikan, masak bohong, gak
mungkin. Memang perut buncit itu proses menjadi atletis. Lagipula aku juga
butuh tubuh indah biar pasanganku nanti bahagia melihatku sangat indah
dipandang. Kalau saya terus gini, ya saya dibenci secara diam diam.”
Apakah dia akan berolahraga ?
Sudah pasti. Bayangannya adalah
kenikmatan ketika dia rutin berolahraga. Dan sengsara kuat ketika dia tidak
berolahraga. Otak didesign mencari nikmat dan menghindari sengsara.
Kenikmatan dia jika berolahraga :
sehat selalu, tubuh atletis, gratis, menarik lawan jenis.
Kesengsaraan dia jika tidak
berolahraga : sakit sakitan, tubuh tidak indah, dijauhi lawan jenis.
Tunjukkan keshalehan kita dengan
bertanya pada diri tentang kesengsaraan dan kenikmatan, pikirkanlah.
Misal saya beri sekilas :
Kenikmatan ketika kita sholeh selalu
: jiwa lapang, dimudahkan hisab, dinaungi dari panas padang mahsyar, jauh dari
kata neraka.
Kesengsaraan ketika kita tidak
sholeh : Jiwa sempit, dipersulit mati, disiksa di kubur, panas luar biasa
terbakar di padang mahsyar dengan mengantre tiada terbayang, jilatan api
membakar diri ( bayangkan ketika Anda terkena api setitik saja, betapa sakitnya
) lalu bandingkan dengan dahsyatnya api neraka.
Inti, kesahlehan itu mutlak, bukan
lagi kewajiban. Maka jikalau semua orang tau unsur kesengsaraan jikalau tidak
shaleh itu nyata di mata mereka, maka semua orang akan menjadi baik. Itulah
salah satu karunia Allah antara orang beriman dan tidak. Orang beriman diberi
nilai lebih dengan diberitahu apa yang akan kita lalui setelah mengarungi hidup
yang secuil ini. Apa sih yang kita hadapi setelah kita menutup mata untuk
selama lamanya di dunia ini ?
Tanyakan pada diri Anda.
Otak seperti magnet. Mencari nikmat
dan menghindari sengsara. Maka jikalau Anda berharap orang melakukan yang
kesengsaraannya luar biasa, maka dia tidak akan mau. Jika Anda imingi hadiah
dan ketahuan ketipu, dia akan melakukannya. Tapi apakah lagi dan lagi ? Tidak,
dia pasti kapok. Sengsara pada dirinya adalah tidak nikmat dikhianati,
dipermainkan, dibohongi dan lain sebagainya.
Nah, bagaimana jikalau nikmat dan
sengsara campur ?
Maka otak akan BINGUNG.
Misal orang tadi berkata,
“ Benar sih, saya harus bangun jam 1
pagi dan pulang jam 10 malam jika saya ingin beromzet 100 juta per hari. Tapi kan
berat, lagipula aku tak sehat. Aku juga perlu banyak waktu istirahat.”
Lihatlah, nikmat dan sengsara campur
di situ. Maka otak akan BINGUNG.
Mungkin ini bisa menjadi penawarnya,
ALASAN YANG SANGAT KUAT
Tunggu selanjutnya.
No comments:
Post a Comment