Tuesday, April 28, 2015

Misteri Kata “ Setidaknya ”

Kata setidaknya tidak sama makna dengan kata tidak. Meskipun logisnya kata tidak ditambahan imbuhan “ se” dan “ nya”. Tapi kata setidaknya sangat beda makna dengan kata tidak. Jikalau kata tidak menunjukkan arti semacam penolakan, pengecualian, intinya bertentangan dengan kata atau kalimat setelahnya. Misalnya saya tidak makan daging babi. Maka artinya dia bertentangan dan penolakan terhadap konsumsi daging babi. 
 
Beda lagi dengan kata “ setidaknya”. Kata setidaknya semacam penguncian resiko terhadap suatu hal yang negative yang bisa terjadi dari kalimat yang terucap. Misalnya, meskipun BBM naik semua rakyat menjerit, setidaknya aku masih punya cadangan banyak uang untuk hidup.


Nah, di situ ada penguncian resiko yang terjadi ketika BBM naik. Yang mana semua rakyat menjerit karena semuanya naik secara serentak. Tapi bagi dia hal itu damai damai saja karena dia punya cadangan lebih dalam hal materi. Bukan berarti dia semakin senang dengan kenaikan BBM, sekali lagi mengunci resiko.

Mengunci Resiko Vs Mengambil Resiko

Kata setidaknya adalah Bahasa lain dari frase “ mengunci resiko.” Dan mengunci resiko sangat beda dengan mengambil resiko. 

Mari kita ambil contoh

Misal Anda membuat bangunan tinggi, tapi tingginya tiada terlalu, meskipun begitu gedung itu tertinggi di antara bangunan lain. 

Orang mengambil resiko : dia tidak memasang penangkal anti petir di puncak tertinggi bangunan itu. Karena daerah itu sering hujan. Dan bangunan itu juga sedikit tertinggi dari yang lain. Pola pikirnya “ memang sih petir mengincar paling tinggi, tapi untuk itu tidak terlalu karena hanya beberapa meter saja di antara bangunan lain.

Dia termasuk mengambil resiko. Karena bisa saja petir mengincar paling tinggi di antara bangunan dan juga curah hujan tinggi di daerah itu.

Sedang orang mengunci resiko : walaupun dia harus keluar banyak uang untuk beli penangkal petir, bahkan sebelum bangunan jadi pun, dia sudah pasang di puncak, mengingat itu musim hujan. Maka pengorbanan uangnya untuk mengunci resiko pada hal hal yang tidak diinginkan yang ada peluang terjadi. 

Contoh lain :

Seorang karyawan dengan gaji lumayan karena ingin kaya instan, dia memang tau caranya dengan berwirausaha. 

Orang mengambil resiko : dia keluar bukan karena dipecat atau dibenci, tapi memang kemauan dia sendiri. Sedang dia punya anak istri yang harus dihidupi. Dan dia memulai dari nol tanpa penghasilan untuk keluarganya.

Orang mengunci resiko : Dia tidak keluar dari pekerjaannya, dia sisakan gaji untuk berwirausaha. Ketika usaha jalan, dia tidak keluar sehingga dia didepak karena alasan apa pun yang mungkin fitnah. Dia pun tidak stress, karena setelah didepak dia bisa menghidupi anak istrinya dengan hasil dari usaha yang dijalankan olehnya selama dia menjadi karyawan.

Mengunci Resiko Tidak Selalu Positif

Sesungguhnya hal itu tergantung niat kita. Maka pergunakanlah untuk kebaikan diri dan manusia pada umumnya. Mengunci resiko bisa jadi tidak menjadi positif jikalau ada unsur cinta diri, egoism, sikap acuh, tiada peduli, dan apalagi yang penting bisa makan.
Misal saudaranya berada dalam kesulitan nyata. Desanya kena masalah finansial. Sedang dia sudah mujur di luar desanya. Pada asalnya dia bisa membantu beban mereka. Tapi bantuan itu sangat menguras hartanya. 

Dia bilang,
“ Biar mereka sengsara, setidaknya aku tidak sengsara. Untung dulu aku tidak di sana, maka setidaknya aku tidak bernasib serupa dengan mereka.”

Maka mengunci resiko untuk hal ini harus dihindari. Bukan hanya rezeki saja yang ditakutkan akan diambil suatu saat oleh pemberi rezeki, bahkan kita bisa mendapat murka pemberi rezeki yang mana itu seburuk buruk kondisi bagi kita yang hanya budak yang dimuliakan.

No comments:

Post a Comment