Beda lagi dengan kata “ setidaknya”.
Kata setidaknya semacam penguncian resiko terhadap suatu hal yang negative yang
bisa terjadi dari kalimat yang terucap. Misalnya, meskipun BBM naik semua
rakyat menjerit, setidaknya aku masih punya cadangan banyak uang untuk hidup.
Nah, di situ ada penguncian resiko
yang terjadi ketika BBM naik. Yang mana semua rakyat menjerit karena semuanya
naik secara serentak. Tapi bagi dia hal itu damai damai saja karena dia punya
cadangan lebih dalam hal materi. Bukan berarti dia semakin senang dengan
kenaikan BBM, sekali lagi mengunci resiko.
Mengunci Resiko Vs Mengambil Resiko
Kata setidaknya adalah Bahasa lain
dari frase “ mengunci resiko.” Dan mengunci resiko sangat beda dengan mengambil
resiko.
Mari kita ambil contoh
Misal Anda membuat bangunan tinggi,
tapi tingginya tiada terlalu, meskipun begitu gedung itu tertinggi di antara
bangunan lain.
Orang mengambil resiko : dia tidak
memasang penangkal anti petir di puncak tertinggi bangunan itu. Karena daerah
itu sering hujan. Dan bangunan itu juga sedikit tertinggi dari yang lain. Pola
pikirnya “ memang sih petir mengincar paling tinggi, tapi untuk itu tidak
terlalu karena hanya beberapa meter saja di antara bangunan lain.
Dia termasuk mengambil resiko.
Karena bisa saja petir mengincar paling tinggi di antara bangunan dan juga
curah hujan tinggi di daerah itu.
Sedang orang mengunci resiko :
walaupun dia harus keluar banyak uang untuk beli penangkal petir, bahkan
sebelum bangunan jadi pun, dia sudah pasang di puncak, mengingat itu musim
hujan. Maka pengorbanan uangnya untuk mengunci resiko pada hal hal yang tidak
diinginkan yang ada peluang terjadi.
Contoh lain :
Seorang karyawan dengan gaji lumayan
karena ingin kaya instan, dia memang tau caranya dengan berwirausaha.
Orang mengambil resiko : dia keluar
bukan karena dipecat atau dibenci, tapi memang kemauan dia sendiri. Sedang dia
punya anak istri yang harus dihidupi. Dan dia memulai dari nol tanpa
penghasilan untuk keluarganya.
Orang mengunci resiko : Dia tidak
keluar dari pekerjaannya, dia sisakan gaji untuk berwirausaha. Ketika usaha
jalan, dia tidak keluar sehingga dia didepak karena alasan apa pun yang mungkin
fitnah. Dia pun tidak stress, karena setelah didepak dia bisa menghidupi anak
istrinya dengan hasil dari usaha yang dijalankan olehnya selama dia menjadi
karyawan.
Mengunci Resiko Tidak Selalu Positif
Sesungguhnya hal itu tergantung niat
kita. Maka pergunakanlah untuk kebaikan diri dan manusia pada umumnya. Mengunci
resiko bisa jadi tidak menjadi positif jikalau ada unsur cinta diri, egoism,
sikap acuh, tiada peduli, dan apalagi yang penting bisa makan.
Misal saudaranya berada dalam
kesulitan nyata. Desanya kena masalah finansial. Sedang dia sudah mujur di luar
desanya. Pada asalnya dia bisa membantu beban mereka. Tapi bantuan itu sangat
menguras hartanya.
Dia bilang,
“ Biar mereka sengsara, setidaknya
aku tidak sengsara. Untung dulu aku tidak di sana, maka setidaknya aku tidak
bernasib serupa dengan mereka.”
Maka mengunci resiko untuk hal ini
harus dihindari. Bukan hanya rezeki saja yang ditakutkan akan diambil suatu
saat oleh pemberi rezeki, bahkan kita bisa mendapat murka pemberi rezeki yang
mana itu seburuk buruk kondisi bagi kita yang hanya budak yang dimuliakan.
No comments:
Post a Comment